Menulis adalah bagian dari empati. Saya selalu merasa tersentuh dengan segala peristiwa kemanusiaan. Peristiwa kemanusiaan yang sangat menyayat hati adalah kehilangan orangtua, tsunami, banjir, kelaparan, dan ketidakadilan.Â
Menulis karena passion bukan mencari embel-embel dibalik setiap karya. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk pencari sensasi. Salah satu sensasi yang menyita seantero semesta adalah rasa penghargaan. Maklum manusia hadir melalui birahi murni dari orangtua. Jadi, rasa kasih sayang akan terus menyejarah bersama keseharian manusia.
Menulis adalah salah satu bentuk dialog bersama diri sendiri. Sejauh samudera, ada keindahan di dalam menulis. Karena menulis adalah bentuk kemerdekaan hakiki. Saya sudah menemukan mutiara dari kegiatan menulis.
Salah satu mutiara dari menulis adalah saya merasa bangga akan diri sendiri. Di mana menulis telah membawa saya pada relasi yang tak terduga. Menulis telah membawa saya pada persahabatan antar golongan. Ibaratnya, rezeki selalu datang dari pintu belakang.
Rezeki saya adalah menemukan koneksi antar golongan melalui setiap karya saya yang jauh dari ketidaksempurnaan. Maklum saya masih penulis pemula yang terus berlatih dalam mengeja paripurna waktu melalui tulisan.
Menulis telah membawa saya pada penerimaan diri. Karena saya tak pandai beretorika di dalam ruang publik. Saya menulis karena di sana ada tujuan mulia yakni ingin berbagi. Karena saya tak punya materi untuk berbagi kepada sesama. Sarana atau mediasi saya dalam berbagi hanya melalui tulisan.