Masyarakat keturunan Tionghoa tentu tidak asing lagi dengan Kaisar Qing Shi Huang (秦始皇) yang juga dikenal sebagai Kaisar kuning dan Kaisar Seribu Generasi. Ia adalah pendiri dan merupakan Kaisar Tiongkok legendaris sejak 2000 tahun yang lalu. Dalam sejarah, Qing Shi Huang digambarkan sebagai seorang yang menjalankan kekuasaan dengan kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia membantai ratusan ribu orang dan juga mengubur orang hidup-hidup pada masa kekuasaannya.
Sosok kejamnya Kaisar telah meninggalkan warisan yang masih melegenda sampai masa kini, Setidaknya ada 3 (tiga) warisan yang masih ada hingga sampai sekarang. Berikut penjelasannya :
1. Tiongkok disatukan di bawah Kaisar
Tiongkok (China) baru disatukan dibawah kaisar tanpa raja bawahan pada masa Qing Shi Huang. Di zaman sebelumnya raja tertinggi membagi kekuasaan kepada keluarganya, pejabat dianggap berjasa dan berakhlak mulia. Saat itu, jika mandat langit masih kuat dan stabil, maka penguasa daerah akan setia pada raja tertinggi.
Tapi seiring berjalannya waktu, kekuasaan raja tertinggi semakin lemah. Di sisi lain, pejabat daerah berwenang memungut pajak daerahnya dan mengembangkan kekuatan pasukannya. Akhirnya mereka menjadi lebih kuat dan kaya. Hal ini membuat raja hanya menjadi figur penguasa boneka.
Namun pada masa Qing Shi Huang ia menyatukan Tiongkok dengan membuat pemerintahan Kekaisaran terpusat, dimana pemimpin daerah wajib melaporkan pajaknya ke pusat dan nantinya akan disalurkan kembali ke daerah sesuai kebutuhan setiap daerah. Dengan demikian, pejabat tidak bisa lagi mengembangkan kekuasaan yang dapat mengancam stabilitas pemerintahan.
2. Konsep "Satu Tiongkok"
Dulunya Tiongkok terpecah pecah menjadi negara-negara bagian. Jika saja Qing Shi Huang tidak menyatukan Tiongkok, maka Tiongkok tidak akan menjadi satu negara seperti sekarang, Tiongkok akan menjadi negara-negara merdeka seperti Benua Eropa. Untuk mencapai itulah perperangan dan pertumpahan darah harus dilakukan. Meski kekaisaran Qing hanya bertahan selama 20 tahun, Keberhasilan Qing Shi Huang ini sangat penting dalam sejarah.
3. Standar Aksara Tulisan Tionghoa
Qing Shi Huang membuat standar tulisan Tionghoa yang masih dipakai hingga sekarang yang telah disederhanakan (simplified chinese) pada tahun 1950. Standar penulisan ini tidak hanya menyatukan Tiongkok dalam bentuk tulisan, tapi juga tidak ada asimilasi akibat tulisan dan bahasa yang berbeda. Walaupun banyak wilayah minoritas yang masih menggunakan bahasa daerah mereka, namun Tiongkok tetap memiliki kesatuan identitas tulisan. Hal ini memudahkan penyebaran informasi dan ilmu pengetahuan ke seluruh wilayah.
Dengan 3 (tiga) warisan tersebut, Wilayah Tiongkok yang satu, utuh dan seragam dipertahankan oleh penguasa-penguasa untuk mendirikan dinasti-dinasti seperti Han, Tang, Song, Ming dan Qing. Walaupun sekarang Tiongkok adalah negara dengan sistem demokrasi, prinsip Tiongkok yang satu, utuh dan seragam masih dipertahankan.