Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan Bisnis - Pembicara - Penulis - Aktivis

Focused on strategy, sales; operations, and logistics improvement. Passionate about turning insights into impact. Connect with me on LinkedIn: Henokh Freddy

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Belajar Kepemimpinan : Cerita Kakek dan Keledai

14 Mei 2025   09:43 Diperbarui: 14 Mei 2025   09:43 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : AI-Dokpri 

More is lost by indecision than wrong decision - Marcus Tullius Cicero

Ada banyak cara untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Kita bisa belajar dari alam: dari air, misalnya, yang senantiasa mengalir ke bawah, seakan mengajarkan kita untuk tidak melupakan orang-orang yang ada di bawah kepemimpinan kita---mereka yang bekerja diam-diam tanpa sorotan, tetapi menopang keberhasilan kita. Atau dari lilin, yang rela mengorbankan dirinya demi menerangi sekitar. Kepemimpinan sejati memang mengandung unsur pengorbanan.

Saya teringat pada sebuah cerita sederhana yang maknanya justru begitu dalam. Cerita ini terus saya ingat karena memberi pelajaran penting tentang prinsip, keputusan, dan tekanan dari sekitar. Cerita ini tentang seorang kakek dan cucunya yang hidup bersama di sebuah desa di atas gunung.

Sepeninggal kedua orang tuanya akibat kecelakaan, seorang anak kecil diasuh oleh kakeknya. Mereka tinggal sederhana di lereng gunung. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sang kakek mencari hasil hutan dan membuat kerajinan kayu yang sesekali dijual ke pasar di kaki gunung.

Ketika cucunya mulai beranjak besar, sang kakek ingin menyekolahkannya ke lembah. Namun, terbentur masalah biaya. Satu-satunya harta yang mereka miliki adalah seekor keledai. Maka sang kakek memutuskan menjualnya.

Pagi itu, mereka bersiap menuju pasar. Karena jalan menurun cukup terjal, kakek meminta cucunya naik ke atas keledai, sementara ia sendiri berjalan menuntun.

Tak lama berjalan, mereka bertemu dengan sekelompok pemburu.

"Hai, bocah tak tahu diri! Masih kecil sudah jadi majikan. Masa kakekmu yang sudah renta harus berjalan, sementara kamu duduk santai di atas keledai?" hardik salah satu pemburu.

Sang cucu merasa bersalah. Ia pun turun dan meminta kakeknya untuk naik menggantikannya.

Perjalanan dilanjutkan. Di tepi sungai, mereka berpapasan dengan sekelompok ibu-ibu yang tengah mencuci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun