Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Sales - Marketing - Operation

To complete tasks and working target perfectly. Leave path in a trail.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu 2024: Bukan Pemilu Biasa

3 Desember 2023   12:01 Diperbarui: 4 Desember 2023   22:17 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Tambang Freeport. Sumber foto : kompas.com

Perjuangan ku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuangan mu akan lebih sulit karena melawan bangsa mu sendiri - Soekarno

Sepanjang sejarah Indonesia, Indonesia telah menggelar pemilu sebanyak 12 kali. Bisa dikatakan Pemilu sudah bukan hal baru bagi rakyat Indonesia. Banyak warga negara yang kurang peduli, apatis dan skeptis terhadap jalannya Pemilu yang harusnya menjadi momen penting bagi perjalanan suatu bangsa, bukan hanya perjalanan demokrasi suatu negara, melainkan juga perjalanan nasib bangsa. 

Di Indonesia, sikap apatis, skeptis, tidak peduli pada Pemilu ini muncul sejak Pemilu 1971. Dimotori oleh Adnan Buyung Nasution, Imam Waluyo dan Arief Budiman, pada Tanggal 3 Juni 1971, sekelompok pelajar, mahasiswa dan pemuda, berkumpul di Balai Budaya Jakarta, dan memproklamirkan berdirinya GOLONGAN PUTIH sebagai sebuah gerakan moral. Gerakan ini muncul akibat para pemuda bangsa di jaman itu melihat bahwa aspirasi politik mereka tidak terwakili oleh wadah politik formal saat itu. 

Sejak Jaman Reformasi, jumlah Golput mengalami peningkatan dari Pemilu 2004 (20,24%), 2009 (25,19%) dan mencapai puncak pada Pemilu 2014 yaitu sebanyak 30,22%. Kesadaran politik Warga Negara Indonesia mulai meningkat pada Pemilu 2019 dilihat dari penurunan jumlah Golput menjadi 18,03%, terendah sejak Jaman Refornasi. Selain kesadaran politik yang meningkat, menurunnya jumlah Golput ini juga diartikan bahwa semakin meningkatnya kecintaan WNI terhadap keberlangsungan NKRI agar tetap berada di jalan yang benar.

Mengapa kesadaran politik warga negara meningkat sejak Pemilu 2019? 

Ada beberapa indikator ekonomi yang bisa kita lihat dan dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat yang membuat kesadaran politik meningkat. Kondisi ini mengikis sikap apatis dan skeptis masyarakat yang akhirnya menumbuhkan kesadaran politik pentingnya memberikan suara dalam Pemilu guna menjaga keberlangsungan dari kondisi yang dirasakan sudah baik.

Dari data yang saya ambil melalui situs Bank Indonesia, kita bisa melihat bahwa sebelum 2015, Indonesia terbiasa dengan angka inflasi tinggi. Bahkan angka inflasi tertinggi terjadi di Tahun 2001 (12,55%) dan Tahun 2005 (17,11%) tidak menimbulkan gejolak masyarakat yg berarti. Namun sejak 2014, tepatnya dimulai sejak Tahun 2015, angka inflasi di Indonesia selalu dibawah 4%, bahkan di Tahun 2020 mencatat angka inflasi terendah di Indonesia, yaitu 1,68%.

Mengapa inflasi merupakan salah satu acuan penting dalam menilai keberhasilan seorang pemimpin negara di bidang perekonomian?  

Kalau uang ibarat darah dalam perekonomian suatu negara, maka inflasi diibaratkan sebagai kolestrol nya. Sebagaimana kolestrol tinggi yang membahayakan kesehatan seseorang, Inflasi yang tinggi menyebabkan harga barang dan jasa menjadi mahal yang membuat kehidupan rakyat semakin susah. Ujung-ujung nya pertumbuhan ekonomi negara tergerus akibat tingginya inflasi.

Kemudian indikator ekonomi yang juga penting dilihat adalah Pendapatan Per kapita (PDB). Menggunakan penghitungan Nilai PDB dengan menggunakan harga konstan di tahun 2000, kenaikan Nilai PDB selama 8 tahun Pemerintahan SBY mencatat angka pertumbuhan tertinggi yaitu 49,6%. Dan selama 8 tahun pemerintahan Jokowi, Nilai PDB juga mencatat pertumbuhan tinggi di angka 30,5% (dari Tahun 2015 hingga Tahun 2022, menggunakan harga konstan Tahun 2010). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun