Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Sales - Marketing - Operation

To complete tasks and working target perfectly. Leave path in a trail.

Selanjutnya

Tutup

Balap Artikel Utama

Pelajaran dari Perjalanan Jorge Lorenzo

18 November 2019   12:34 Diperbarui: 15 Februari 2020   10:24 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Bolapsort.com

Namun tidak ada yang pasti di dunia ini bukan? Dan kita tidak hidup dalam kondisi "seandainya". Tapi bukankah Yamaha juga mengalami kesulitan sejak Tahun 2017-2018 dan paruh pertama 2019 ini karena motor Yamaha kalah kompetitif dibandingkan dengan Honda dan Ducati, mulai dari masalah elektronik, akselerasi, dll? 

Lorenzo lebih tepat menggambarkan karakter Generasi Y. Ia aktif & agresif utk menjadi yang terbaik, serta egosentris. Ia tidak menyia-siakan kesempatan menjadi pembalap utama Ducati dengan nilai kontrak yang tinggi walaupun ia tahu tantangan karakter motor berbeda yang harus ia taklukkan. 

Demikian juga di saat ia merasa tidak dihargai di Ducati, walaupun ia yakin telah mengalami kemajuan di Ducati, ia tidak menyia-siakan kesempatan utk bergabung dengan Honda walaupun tawaran nilai kontraknya lebih rendah karena ia yakin setelah berhasil menaklukkan motor Ducati, maka menaklukkan motor Honda bukan lagi suatu kemustahilan. 

Mungkin cara berpikir Lorenzo benar saat ia memutuskan pindah dari Ducati ke Honda. Mungkin juga salah. Namun diluar rencana Lorenzo, ada kecelakaan bertubi-tubi yang didera Lorenzo yang membuat ia kesulitan untuk membalap dengan kecepatan yang tinggi. 

Selain faktor fisik, ada trauma psikologi yang menghantui pikirannya sehingga membuat ia lebih"berhati-hati" dalam membalap. Sementara membalap dengan "hati-hati" tidak ada dalam kamus semua pembalap.

Sekali lagi, mungkin kalau Lorenzo sabar, tidak tergoda tawaran Ducati, jalan ceritanya akan berbeda dengan hari ini. Tapi, siapa tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari?

Lantas apa yang bisa kita petik sebagai pelajaran dari perjalanan Jorge Lorenzo ini?

Kita pasti sering mengalami hal yang sama dengan Lorenzo. Tidak dihargai di perusahaan tempat kita bekerja. Kekecewaan yang timbul membuat kita menerima tawaran bekerja di tempat lain karena faktor gaji yang lebih baik. Kita merasa dihargai lebih baik di tempat baru. 

Namun ternyata di tempat baru,  kita menghadapi tantangan yang sama. Owner hanya baik selama bulan madu, penyesuaian diri dengan budaya kerja di tempat baru ternyata lebih sulit dari yang kita duga. 

Namun setelah kita berhasil "menaklukkan" perusahaan baru, kita harus merenung kembali untuk menerima tawaran pindah lagi. Apakah kita mau terus menerus berusaha beradaptasi dengan lingkungan dan budaya kerja yang baru? Berapa lama lagi kita harus membuang waktu hanya utk beradaptasi kembali? itupun kalau berhasil. Bagaimana kalau gagal beradaptasi?

Lorenzo, diluar masalah fisik karena kecelakaan, harusnya tahu bahwa setelah ia berhasil menaklukkan motor Ducati tunggangannya dengan menjuarai MotoGP Italia 2018, masihkah ia mau membuang waktu beradaptasi kembali dengan motor baru yang jelas karakternya berbeda lagi? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Balap Selengkapnya
Lihat Balap Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun