Mohon tunggu...
Fransiskus Charly Janggur
Fransiskus Charly Janggur Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Saya Fransiskus Charly Janggur, mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang

saya Fransiskus Charly Janggur, mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mewujudkan Etika: Kesadaran Diri dalam Sosial Media

2 Desember 2021   10:54 Diperbarui: 2 Desember 2021   11:10 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Media sosial adalah sebagai acuan utama bagi semua kalangan, baik dari anak-anak maupun orang dewasa, untuk mendapatkan dan memberikan informasi. Media sosial ini sudah menjadi sarana pokok bagi masyarakat pada umumnya, dalam menjalin pergaulan sosial secara online. Dari pergaulan sosial itulah setiap pribadi seseorang dengan penuh rasa semangat untuk semakin bersaing dalam memberikan pesan-pesan bahkan juga dalam membuat konten.

Memberikan pesan dan konten adalah suatu kewajiban bagi orang-orang yang telah melibatkan diri dalam media sosial. Hal ini sangatlah bebas, tidak ada yang menghalanginya. Namun kebebasan itu justru menghantar setiap orang pada pergaulan yang tidak sehat dan normal. Dengan penuh kebebasan, setiap orang mulai memikirkan tentang diri sendiri dan ingin menjadi pribadi yang dikenal oleh semua orang.

Untuk mencapai pada titik itu, setiap orang selalu memberikan sesuatu yang terbaik melalui media sosial. Baik melalui pesan, cerita maupun video. Namun dalam hal ini, orang tidak lagi menjadikan media sosial itu sebagai sarana pergaulan sosial secara online yang sehat. Justru menjadikan media sosial itu sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa kecemburuan dan iri hati terhadap satu dengan yang lain. Ungkapan tersebut dapat diterangkan melalui komentar-komentar yang buruk terhadap karya yang lain, juga melalui video-video yang kurang bermutu dan bersifat pornografi, penghinaan atau sindiran.

Penghinaan seperti itu tentunya berpengaruh negatif dalam pergaulan sosial secara online. Hal ini pun sungguh melanggar dalam beretika, khususnya etika dalam pergaulan. Bukankah pergaulan secara online itu adalah tempat bagi kita semua untuk saling menumbuhkan rasa persaudaraan dan solidaritas di antara kita? Sebagai manusia yang berakal dan mempunyai kesadaran, mestinya perlu bersyukur atas adanya media sosial. Sebab melalui media sosial itu, setiap dapat mengenal orang-orang yang sama sekali belum dikenal. Media sosial itu sesungguhnya membantu setiap pribadi dalam membentuk sikap dan kepribadiannya masing-masing. Artinya yang satu dapat mengenal orang lain bukan saja dari dirinya, melainkan mengenal secara keseluruhan. Baik dari budaya, suku, ras dan agama. Pada titik inilah dapat dipahami dan dimengerti betapa pentingnya media sosial bagi diri dan kehidupan setiap orang. Bagi mereka yang memahami tentang media sosial tentunya mengerti dan tahu betapa besar manfaatnya dan isi dari media sosial itu sendiri bagi dirinya.

Melalui manfaat itulah, tumbuh rasa kesadaran diri untuk terus menggunakan media sosial itu dengan baik dan benar. Selain itu juga mampu belajar untuk semakin menghargai privasi orang lain yang ada dalam dunia maya.

Sikap menghargai privasi orang lain adalah dengan cara mendukung dan memberikan semangat terhadap karya-karya orang lain. Oleh karena itu untuk menjaga tidak terjadinya persaingan yang kurang sehat dalam media sosial, setiap orang perlu menjadi pribadi yang mampu menerima kelebihan orang lain dan menerima kekurangan diri sendiri. Hal ini tentunya tidaklah mudah untuk dilakukan bagi setiap pribadi seseorang. Namun perlu disadari bahwa sesama manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling berharga, karena memiliki akal budi. Maka dengan kesadaran inilah, setiap orang dapat membuka pikiran dan wawasan yang luas, sehingga mampu memahami dan menggunakan media sosial itu dengan baik dan sempurna. Perlu disadari, bahwa melalui media sosial banyak orang yang sukses hanya dengan kemampuannya yang memadai dan pola pikir yang cerdas.

Kita bandingkan saja dengan seorang Youtuber terkenal dari Indonesia "Viki Naki" yang menggunakan kemampuannya dalam berbahasa, sehingga mampu menggunakan aplikasi OMETV dengan baik dan benar. Dengan kemampuan itulah dia membuat konten yang bermoral dan bermanfaat bagi semua orang. Sehingga semua orang pun termotivasi untuk belajar bahasa asing, baik bahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya. 

kemampuan dari dalam diri lah yang menjadi landasan untuk mampu beretika yang baik dan sehat dalam media sosial. Mengingat Youtuber Viki Naki, perlu disadari bahwa Tuhan telah memberikan setiap insan-Nya kemampuan yang berbeda dan akal budi yang sehat. Oleh karena itu sebagai orang yang berakal budi, harus menggunakan kemampuan itu untuk membangun suatu tali persaudaraan yang harmonis dalam pergaulan media sosial yang secara online. Dengan bentuk kesadaran seperti itu, tentunya setiap orang selalu diarahkan dalam jalan yang baik dan benar, demi terwujudnya suatu hubungan yang penuh dengan rasa tanggung jawab dan penuh dengan sikap saling menghargai satu sama lain.  Artinya setiap orang diajak untuk membangun suatu tujuan hidup yang baru yakni dengan menggunakan media sosial.

Tujuan hidup yang baru dalam arti, bahwa setiap orang harus mampu menjadikan media sosial itu sebagai aset untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Selain itu juga perlu menggunakan media sosial itu sebagai sarana yang tepat dan benar untuk memberikan hiburan bagi semua orang. Saya berani mengatakan seperti ini, karena seringkali terjadi di dunia maya, bahwa hampir 70% orang di dunia ini mengalami hidup yang baik (sukses) dengan melakukan usaha secara online, yang melalui media sosial. Bandingkan realita kehidupan yang terjadi di Indonesia. Setiap orang yang ingin berbelanja, tidak lagi sibuk ke tokoh atau tempat tertentu untuk membeli barang yang diinginkan. Namun dengan media sosial, setiap orang hanya tunggu di tempat, lalu barangnya segera diantar. Sehingga dari hal inilah semua orang mulai muncul kesadaran diri untuk membangun usaha kecil-kecilan yang secara online di media sosial.

Melalui usaha-usaha tersebut atau gerakan sosial yang dilakukan melalui media sosial, setiap orang pun merasa terbantu dalam membangun suatu pergaulan yang sehat, baik, dan benar. Pada titik ini, setiap orang merasakan pendekatan antara yang satu dengan yang lain. Sebab, bukan saja usahanya yang lancar, melainkan relasinya pun semakin membangun persaudaraan pada arah yang sempurna, yakni saling kenal dan saling percaya dengan sesama. Maka untuk terus membangun etika yang baik dan benar dalam media sosial adalah perlu adanya kesadaran diri, sehingga dapat menghindari sikap iri hati dan cemburu terhadap sesama. Oleh karena itu, dalam menggunakan sosial media setiap pribadi harus sungguh-sungguh memahami arti dan tujuan dari media sosial itu sendiri, serta hilangkan sikap egois yang mementingkan diri sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun