Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Parenting Anak ala Bunda Maria, Mendidik Dengan Cinta, Iman dan Teladan

15 April 2025   11:47 Diperbarui: 15 April 2025   11:47 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bunda Maria/ Dok Gereja Katolik SANTO Paulus Prigoyanan ( gerejapringgolayan.com)

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar nama Bunda Maria? Mungkin sosok ibu suci yang penuh kelembutan, penuh kasih, dan menjadi simbol keibuan dalam banyak kisah keagamaan. Namun, pernahkah kamu mencoba melihat Bunda Maria dari perspektif yang lebih dekat sebagai seorang ibu yang membesarkan anak di tengah berbagai tantangan kehidupan?

Di zaman sekarang, ketika dunia parenting dibanjiri teori modern, gaya asuh otoritatif, gentle parenting, hingga konsep pola asuh berbasis psikologi, justru menarik untuk kembali menengok ke belakang. Ada warisan nilai yang luar biasa dalam sosok Bunda Maria sebagai ibu: sederhana, spiritual, dan penuh hikmah. Bukan sekadar tokoh religius, tapi juga representasi dari figur ibu yang bisa kita teladani dalam menjalani peran sebagai orang tua, khususnya seorang ibu.

Bunda Maria mengajarkan bahwa menjadi orang tua bukan sekadar soal memberi makan dan pendidikan formal, tapi juga soal bagaimana membentuk jiwa, karakter, dan fondasi spiritual seorang anak..


Membangun Hubungan Emosional yang Aman

Salah satu nilai paling mendasar dari sosok Bunda Maria adalah cintanya yang tanpa syarat. Sejak menerima kabar luar biasa tentang kelahiran Yesus, Maria tak memberikan penolakan. Ia memilih percaya, bahkan ketika masyarakat sekitarnya mungkin mencibir atau tak memahami kondisinya. Di titik inilah kita melihat bahwa cinta seorang ibu sejati tak diukur dari keadaan, melainkan dari ketulusan menerima dan mendampingi.

Dalam praktik parenting hari ini, banyak orang tua terjebak dalam bentuk kasih bersyarat mengasihi ketika anak berprestasi, namun mengkritik keras saat anak gagal. Padahal, anak-anak sangat membutuhkan ruang aman secara emosional. Mereka ingin diterima apa adanya, bukan karena pencapaian semata.

Bunda Maria tidak pernah menuntut Yesus menjadi "anak sempurna". Ia mendampingi dari balik layar, bukan menjadi pusat sorotan. Ia hadir ketika Yesus kecil hilang di Bait Allah, ia juga ada di kaki salib ketika anaknya diperlakukan tidak adil oleh dunia. Kasih seperti ini tidak hanya menyentuh, tapi juga membangun fondasi psikologis yang kuat pada diri anak. Anak yang tumbuh dalam cinta tak bersyarat akan lebih percaya diri, lebih empati, dan lebih tahan banting dalam menghadapi tekanan hidup.


Mendidik Lewat Contoh, Bukan Ceramah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun