Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Skandal Oplosan Pertamax, Bagimana Kita HARUS Bersikap?

3 Maret 2025   06:00 Diperbarui: 2 Maret 2025   22:32 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrian Pengisian BBM. (KOMPAS.com/Febryan Kevin)

Baru-baru ini, Indonesia diguncang oleh dugaan skandal korupsi yang melibatkan petinggi PT Pertamina terkait praktik oplosan bahan bakar minyak (BBM), khususnya Pertamax. Kasus ini tidak hanya mencoreng nama baik perusahaan energi milik negara tersebut, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran masyarakat mengenai kualitas BBM yang mereka gunakan sehari-hari. Lebih jauh, skandal ini membuka kembali perbincangan tentang bagaimana korupsi dapat merusak tatanan ekonomi dan kepercayaan publik terhadap badan usaha milik negara (BUMN).

Kronologi Kasus

Pada Februari 2025, Kejaksaan Agung menetapkan tujuh tersangka dalam kasus dugaan korupsi terkait tata kelola minyak mentah dan produk kilang di Pertamina. Beberapa di antaranya adalah petinggi anak usaha Pertamina, seperti Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga dan Direktur Utama PT Pertamina International Shipping. Modus operandi yang terungkap melibatkan penurunan produksi kilang dalam negeri, sehingga minyak mentah dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang seharusnya digunakan di dalam negeri justru diekspor. Untuk memenuhi kebutuhan domestik, Pertamina kemudian mengimpor minyak mentah dengan harga lebih tinggi, yang diduga melibatkan persekongkolan dalam penentuan harga dan pemenang tender.

Tanggapan Pertamina dan Klarifikasi

Menanggapi isu tersebut, PT Pertamina melalui Vice President Corporate Communication, Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa tidak ada praktik oplosan atau pencampuran Pertalite dengan Pertamax. Ia menjelaskan bahwa blending adalah proses pencampuran untuk mencapai standar Research Octane Number (RON) tertentu dan berbeda dengan oplosan. Produk yang dihasilkan telah memenuhi standar RON 92 dan divalidasi oleh Lembaga Minyak dan Gas Bumi (LEMIGAS) di bawah Kementerian ESDM. Namun, respons ini belum sepenuhnya bisa  meredakan kekhawatiran pada masyarakat. Banyak yang mempertanyakan mengapa praktik semacam ini bisa terjadi di level petinggi perusahaan. Apakah ini indikasi adanya budaya korupsi atau kolusi yang telah mengakar? Pertanyaan-pertanyaan ini perlu dijawab dengan transparansi dan akuntabilitas yang tinggi.

Kepercayaan Publik yang Terguncang

Kasus oplosan Pertamax ini tidak hanya merugikan negara dari segi keuangan, tetapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap Pertamina. Sebagai perusahaan energi terbesar di Indonesia yang memiliki peran strategis dalam penyediaan bahan bakar, setiap tindakan yang mencurigakan dari pihak internalnya pasti akan menimbulkan reaksi keras dari publik.

Ketika skandal ini mencuat, wajar jika masyarakat menjadi lebih skeptis terhadap kualitas Pertamax yang mereka beli di SPBU. Apakah Pertamax yang mereka gunakan benar-benar memiliki kualitas sesuai standar? Apakah ada dampak jangka panjang terhadap kendaraan mereka? Pertanyaan-pertanyaan ini akan terus menghantui konsumen jika tidak ada langkah konkret untuk memulihkan kepercayaan mereka.

Pertamina harus segera melakukan langkah-langkah strategis untuk membuktikan bahwa mereka masih dapat dipercaya. Salah satunya adalah dengan membuka data hasil uji mutu bahan bakar mereka kepada publik secara berkala. Dengan transparansi ini, masyarakat bisa mengetahui bahwa BBM yang mereka gunakan telah melalui uji kelayakan yang ketat. Selain itu, penguatan sistem pengawasan distribusi BBM dari kilang hingga ke SPBU juga perlu ditingkatkan untuk mencegah potensi penyimpangan di lapangan.

Implikasi Terhadap Pasar Energi Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun