Bayangkan ini kamu sedang berjalan di sepanjang pantai, berharap menikmati angin laut yang segar dan pasir putih yang bersih. Namun, apa yang kamu lihat malah tumpukan sampah plastik, botol, dan kantong kresek yang berserakan di mana-mana. Inilah kenyataan yang dihadapi Indonesia saat ini. Setiap tahun, lebih dari 7,2 juta ton sampah di negeri ini tidak dikelola dengan baik. Angka tersebut bukan hanya sekadar data statistik; itu adalah ancaman nyata yang berdampak pada lingkungan, kesehatan, dan kualitas hidup kita sehari-hari.
Memahami Akar Masalah Mengapa Sampah Menumpuk?
Indonesia menghasilkan sekitar 68 juta ton sampah per tahun, dengan mayoritas berasal dari rumah tangga. Dari jumlah tersebut, 37% berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), sementara 7,2 juta ton sisanya tersebar di jalanan, sungai, hingga laut. Namun, mengapa sampah ini sulit dikelola?
1. Infrastruktur yang Tidak Merata
Masalah besar yang pertama adalah kurangnya fasilitas pengelolaan sampah. Di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, fasilitas TPA modern memang tersedia, tetapi di daerah pedesaan, pengelolaan sampah sering kali masih dilakukan secara tradisional, seperti pembakaran atau pembuangan langsung ke sungai. Sebagai contoh, di wilayah pesisir Jawa Barat, ribuan ton sampah plastik setiap tahun hanyut ke laut karena minimnya akses ke tempat pembuangan.
2. Budaya dan Kebiasaan Masyarakat
Kamu mungkin pernah melihat seseorang membuang sampah sembarangan dari kendaraan atau di pinggir jalan. Ini bukan hanya soal ketidaktahuan, tetapi kebiasaan yang sudah tertanam. Di banyak daerah, belum ada kesadaran kolektif tentang pentingnya memilah sampah organik dan anorganik.
3. Dominasi Sampah Plastik
Plastik menjadi salah satu masalah terbesar. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan bahwa 15% dari total sampah di Indonesia adalah plastik, yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Sampah plastik sering kali terbuang ke sungai dan berakhir di laut, menjadikan Indonesia sebagai salah satu penyumbang sampah laut terbesar di dunia.
4. Lemahnya Penegakan Regulasi