Pikiran datang sebelum materi, begitu pula dunia ini awalan datang tercipta dari gumpalan gas dan debu untuk akhirnya bisa terevolusi menjadi bentuk planet Bumi yang kita tinggali sekarang ini. Dari sesuatu yang halus untuk kemudian menjadi terwujud kasar dan padat. Dalam sejarah, alam semesta merupakan antroposentris, setiap partikelnya menegang, dan diarahkan ke makhluk hidup.Â
Alam semesta itu telah mengasuh kita dari milenia ke milenia, membuai, membantu hal unik berupa kesadaran manusia untuk berkembang dan membimbing setiap orang untuk sebagai pribadi menuju masa-masa terbesar dalam kehidupan kita. Ketika kita menangis, alam semesta menoleh pada kita dengan simpati. Ketika kita mendekati persimpangan besar kehidupan, seluruh alam semesta menahan nafasnya untuk  melihat ke arah mana yang kita pilih.
Dalam alam semesta materi pikiran, tidak saja materi timbul dari pikiran Tuhan seperti pada proses-proses penciptaan, tetapi ia diciptakan untuk memberikan keadaan yang sesuai dengan pikiran manusia sebagaimana para ilmuwan dan penemu  menjabarkan karya ilmiahnya. Lebih lagi pikiran manusia masih tetap sebagai pusat dari kosmos, mengasuhnya dan menanggapi keperluannya. Oleh karena itu, materi digerakkan oleh pikiran manusia mungkin tidak untuk lingkup yang sama, tetapi dalam cara yang sama oleh pikiran Tuhan atau para makhluk yang lebih tinggi dan agung dari manusia.
Namun dalam alam semesta ilmiah, materi justru datang sebelum pikiran. Di mana pikiran merupakan materi yang tidak terduga, tidak penting, dan tidak ada hubungannya dengan  materi. Hal itu seperti seorang ilmuwan menjelaskan sejauh itu sebagai "sebuah penyakit materi".  Yah, ternyata energi yang paling luar biasa dan luar binasa dalam diri manusia adalah pikiran.Â
Seperti pada saat tertentu seperti pada masa kanak-kanak, kita semua bertanya-tanya apakah sebuah balon yang meletus benar-benar bersuara jika terjadi di wilayah terpencil dan tidak ada orang yang mendengarnya di sana. Tentu kita mengatakan bahwa bunyi yang tidak terdengar oleh siapapun tidak layak dijelaskan sebagai bunyi. Pada kesimpulannya; sebuah balon itu hanya meletus di ketiadaan manusia di sekitarnya, betapapun jauhnya sehingga orang di suatu tempat dan pada waktu itu, terpengaruh olehnya.
Dalam pengalaman seorang fisikawan Austria pada tahun 1935 yang bernama  Erwin Schrodinger telah merumuskan percobaan teoritisnya yang terkenal, yaitu "Schrodinger's Cat". Dalam pengalamannya itu, ia mendudukan seekor kucing di dalam sebuah kotak dengan materi radioaktif yang memiliki kemungkinan 50 persen bisa membunuh kucing itu.Â
Baik kucing itu mati maupun hidup kemungkinan tetap 50 persen terjadi pada waktunya, seperti adanya, hingga membuka kotak untuk melihat apa yang ada di dalamnya, dan ketika itulah peristiwa yang sesungguhnya; yaitu peristiwa mati atau selamatnya kucing itu terjadi. Setelah melihatnya kita baru tahu apakah kita membunuh atau menyelamatkan kucing itu.
Dari kejadian tersebut hampir sama dengan pengalaman yang sering saya alami, saya seperti kucing percobaan yang selalu diselubungi keadaan mengancam yang sulit terungkapkan dalam logika pemahaman saya yang bagai seekor kucing percobaan teranalogi dunia yang tingkatanya lebih tinggi sebagai pelaku percobaan.Â
Di mana akhirnya saya selalu mencoba berusaha menenangkan diri sebisa mungkin dari gangguan-gangguan kejiwaan itu. Menyalurkan inspirasi akhirnya menjadikan saya dekat dengan dunia membaca. Dari membaca itu saya mencoba mengurangi sisi negatif pikiran yang sering terkontaminasi pertikaian menjadi suatu kegiataan praktikum yang lain untuk menunjang pemikiran yang positif.Â
Karena pikiran saya selalu dicobai dan diadu domba untuk terkontraksi dengan pemicu-pemicu di sekitar saya menjadi seperti yang diutarakan oleh Presiden Joko Widodo bahwa demokrasi negeri kita sudah kebablasan. Dari pengalaman ter- Democrazy itu, bahwa pikiran benar-benar menjadi pengaruh yang vital dalam kehidupan manusia, karena disitulah energi kita yang paling menentukan pada arus kekuatan dan kekuasaan manusia mendapati kehidupannya. Seperti yang sering diucapkan para mentalist entertaiment di televisi sebelum memulai aksinya; "Hati-hati dengan pikiran Anda..."
Bisa dikatakan, kita hidup di dunia ini adalah sedang dalam permainan energi. Sebab, kita semua berada dalam lautan energi yang sama. Di mana dari permainan energi kehidupan munculah interdependensi atau saling ketergantungan ini menuntut kerja sama yang baik dan berlandaskan kesetaraan, namun yang lebih sering terjadi di masyarakat adalah berkandaskan kestrataan. Di mana energi nyata ini yang sudah bisa terdeteksi pun masih merupakan fenomena yang belum bisa terjelaskan sepenuh, mungkin bisa sebut saja "Dark Energy".Â