Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pemandangan Stadion Kuno ala Candi Sambisari

7 Mei 2018   16:48 Diperbarui: 13 Mei 2018   05:33 714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
franshare.blogspot.com,

Yogyakarta memiliki banyak tempat wisata yang unik dan menarik. Dari beragam jenis wisata yang lengkap dan mantap, salah satunya adalah tebaran candi-candi nan eksotis. Dari yang berada di tempat datar, di lereng perbukitan, hingga yang di bawah permukaan tanah dengan salah satunya adalah Candi Sambisari. Candi Sambisari ini terletak di desa Sambisari (biasanya nama Candi sama dengan nama daerah tempat lokasi Candi itu berada), Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Candi ini pertama kali ditemukan sekitar bulan Juli tahun 1966 oleh seorang petani yang sedang mencangkul lahan milik Karyowinangun dan terbentur batu ukir reruntuhan candi. Ternyata temuan tanpa sengaja tersebut merupakan bagian kecil dari sebuah gugusan candi yang terpendam hingga kedalaman 6,5 meter di dalam tanah yang merupakan endapan lahar vulkanis dari Gunung Merapi. 

Hal ini terkait dengan lokasi Candi Sambisari yang dekat dengan sungai Kuning yang dapat serta-merta membanjirkan luapan material di sekitar daerah aliran sungai yang dilaluinya. Namun jika kita berada pada persepsi lain dari sejarah yang masih berupa mitos atau legenda Nusantara

Bisa jadi Candi Sambisari ini adalah salah satu candi yang dikubur nenek moyang untuk menghindari suatu bencana yang akan datang, atau suatu hal yang sudah diramalkan agar tidak diketahui pihak berlawanan hingga pada waktunya dapat ditemukan. Candi Sambisari ini diperkirakan dibangun pada sekitar abad ke-9 Masehi dengan mengalami proses penggalian dan pemugaran yang cukup panjang  dari tahun 1966 M, kemudian tahun 1975-1977 M.

franshare.blogspot.com
franshare.blogspot.com
Dari Bandara  Internasional Adisucipto, letaknya cukup dekat sekitar 2,2 Km. Dari pertigaan Jalan Solo -- Bandara Adisucipto ke arah timur melewati jembatan sungai Kuning, beberapa ratus meter dari situ akan ada papan penunjuk jalan Candi Sambisari menuju jalan kecil ke arah utara  sekitar 1 -- 2 Km melewati hamparan persawahan yang lega di wilayah Sorogenen dan Kadisoka serta menyeberangi selokan Mataram. 

Setelah dekat dengan lokasi akan mendapati Gapura desa Sambisari dan langsung disambut deretan kios-kios kuliner dan berbagai hasil kerajinan khas Yogyakarta yang juga merangkap kompleks area parkir yang terbatas. Tapi jangan kaget dan kira-kira kesasar, jika dari area parkir masih belum tertampak batang hidungnya Candi Sambisari yang  karena letaknya 6,5 meter di bawah permukaan tanah. 

Dari sini mungkin sedikit unik untuk mengundang rasa penasaran dari perwujudan destinasi candi yang tenggelam dan masih belum terlihat dari jauh. Sebelum menghadap tiket pembayaran anda pun sudah cukup lega di perlihatkan taman penghias kompleks Candi Sambisari yang cukup rimbun dan asri mengelilingi di atas persembunyian Candi tersebut.

Dari kesejukan suasana yang tercipta di sekelilingnya, candi ini bisa menjadi pilihan hemat tempat berbulan madu, bermadu kasih, studi wisata, atau pun sekedar melepas penat para petualang dan pelancong dengan hanya menebus tiket masuk Rp. 5.000,- saja. 

Begitu mendekati dan mengintip langsung persembunyian Candi Sambisari di bawahnya, Ciluk... Baaa... akan kembali disuguhkan pemandangan luar biasa dari atas bagaikan sedang berada stadion sepak bola atau gelanggang olahraga yang terbuka. Waow... tapi ini juga bukan Collosseum Roma ya, ini merupakan kelompok percandian yang terdiri dari sebuah candi induk dan 3 buah candi Perwara di depannya. 

Imajinasi lain justru akan terbawa pada kompleks pura di Bali dan peninggalan suku Aztec dan Maya di benua Amerika. Coba saja perhatikan corak tangga dan gapura yang terukir, pesan dan kesan masa lalu pun akan semakin menguat bahwa sesungguhnya leluhur bangsa Maya dan Aztec pun berasal  dari Nusantara yang kala itu masih berupa wilayah daratan Atlantis (dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul) di zaman Es.

 Hal itu juga dapat tersirat dari para bangsa Barat penjelajah Amerika, terutama bangsa Spanyol. Dari situ salah satu dari mereka pernah mencatat percakapan mereka dengan suku Astec yang mengatakan bahwa suku mereka awalnya berasal dari daratan Atzlan (ini merupakan sebutan suku Aztec untuk daratan Atlantis)  yang tenggelam dan mengungsi ke daratan Amerika. Dan hal itu terukir dalam relief bangunan Candi suku Aztec yang menggambarkan seseorang sedang mendayung mengarungi lautan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun