Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi "Beduruk" dalam Suku Dayak Desa

27 Juli 2020   17:20 Diperbarui: 13 Agustus 2020   03:20 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu-ibu sedang beduruk menyiangi rumput (ngemabau). Sumber: dokpri.

Dari kedelapan tahap tersebut, ada beberapa tahap yang harus dikerjakan lewat beduruk, yaitu, nebas, nebang, nugal, mabau dan ngetau. Sedangkan nunu memang memerlukan banyak tenaga, tapi pada tahap ini lebih ditonjolkan kerelaan dan kesediaan warga lain untuk membantu keluarga yang sedang nunu.

Dalam pelaksanaannya, sekurang-kurangnya ada dua jenis beduruk. Pertama, beduruk setengah hari. Beduruk jenis pertama ini dilaksnakan setelah jam makan siang.

Dilaksanakan mulai pada siang hari dengan pertimbangan pada pagi harinya para anggotanya masih pergi menyadap karet (noreh), atau masih mengurus urusan rumah tangga lainnya. Aktivitas beduruk ini berakhir sekitar pukul 16.30. Untuk anggotanya sendiri berkisar antara 5-10 orang.

Kedua, beduruk satu hari penuh. Warga  menyebut beduruk jenis ini dengan arisan. Arisan dilaksanakan dua kali dalam seminggu. Sejauh yang penulis amati arisan dilaksanakan pada hari Rabu dan Jumat. Jumlah anggota dalam beduruk jenis kedua ini lebih banyak dari anggota beduruk yang pertama. 

Anggotanya bisa berkisar antara 15-20 orang. Arisan biasanya dimulai pada pukul 09.00 dan berakhir pada pukul 16.30. Dalam pelaksanaan arisan, setiap anggota akan membawa bekal dari rumah masing-masing. 

Sementara anggota yang nampil (kata ini dipakai untuk merujuk kepada anggota yang ladangnya mendapat giliran sedang dikerjakan), bertanggung jawab penuh untuk menyediakan lauk-pauk dan sayur-mayur. Baik beduruk jenis pertama maupun beduruk jenis kedua sama-sama melibatkan kaum laki-laki dan perempun.

Dalam praktiknya, beduruk dilaksanakan secara bergiliran dari ladang yang satu ke ladang yang lain. Aturannya satu ladang untuk satu hari. Penentuan siapa pertama yang akan nampil merupakan kesepakatan dari para anggota beduruk sendiri. 

Jadwal yang mereka buat dapat dikategorikan sangat fleksibel. Fleksibilitas itu dapat dilihat dimana dalam perjalanan waktu anggota yang satu dapat bertukar jadwal nampil dengan anggota yang lain. Pertukaran jadwal ini dilakukan biasanya dengan anggota yang ladangnya masih memerlukan banyak perhatian.

Fungsi
Beduruk bukan hanya sekadar rutinitas harian. Lebih dari itu, beduruk memiliki fungsi yang sangat penting bagi warga yang terlibat di dalamnya. Menurut saya, ada dua fungsi yang menonjol dari beduruk, yakni meringankan beban pekerjaan dan mengeratkan tali persaudaraan.

Fungsi pertama yang langsung terlihat dari kegiatan beduruk ialah meringankan beban pekerjaan. Berladang adalah pekerjaan yang berat dan melelahkan. Meskipun menjadi pekerjaan utama, perhatian warga tentu juga terbagi dengan urusan lain yang tak kalah penting.

Karena itu, beduruk dapat menjadi salah satu cara yang ampuh untuk meringankan pekerjaan tersebut. Dengan mengadakan beduruk tidak hanya menjadikan pekerjaan menjadi lebih ringan, tapi juga membuat proses pengerjaan ladang bisa selesai pada waktunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun