Karena mereka yang mendanai, mengatur, dan menjalankan, mereka punya rasa kepemilikan yang tinggi terhadap acara ini. Rasa kepemilikan inilah yang memunculkan tanggung jawab sejati, bukan sekadar melaksanakan perintah. Mereka rela begadang, menanggung lelah, dan bahkan berdebat sengit demi hasil terbaik, karena ini adalah 'bayi' mereka. Ini adalah esensi dari Magis: melakukan lebih dari yang diminta, dengan semangat total untuk diri sendiri dan komunitas.
Penutupan CC Cup dengan penampilan band ternama sekelas The Changcuters dan Bernadya di depan ribuan orang bukan hanya perayaan, tapi validasi bahwa anak muda mampu mewujudkan hal besar jika diberi ruang.
CC Cup XL 2025 mengajarkan kita bahwa persahabatan sejati tidak dibentuk hanya dalam tawa, tetapi juga dalam keringat dan kerja keras bersama. Dari wasit yang tegas, polisi yang menjaga keamanan di belakang panggung, panitia yang kelelahan, hingga para pemain yang saling berpelukan setelah pertandingan usai. Semua terhubung dalam sebuah relasi cinta dalam ruang persahabatan yang damai.
Kegiatan ini telah selesai, piala telah diberikan, dan panggung telah dibongkar. Namun, pelajaran tentang Magis---tentang daya juang untuk melampaui diri, tentang kerendahan hati dalam kolaborasi, dan tentang keberanian mengambil tanggung jawab---telah tertanam dalam diri ratusan anak muda.
Mereka telah lulus dari kawah candradimuka. Mereka adalah generasi yang siap, bukan hanya untuk menang dalam pertandingan, tetapi untuk menghadapi ketidaksempurnaan dunia dengan karakter yang telah ditempa dan diasah. Sekarang, tinggal bagaimana kita, sebagai orang dewasa, terus menyediakan ruang dan kepercayaan bagi mereka untuk terus berjuang, terus melayani, dan terus menghidupi semangat Magis ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI