Mohon tunggu...
Francisca S
Francisca S Mohon Tunggu... Amicus Plato, sed magis amica veritas

Pengajar bahasa, Penulis novel: Bisikan Angin Kota Kecil (One Peach Media, 2021)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebuah Rahmat dan Terima Kasihku bagi Paus Fransiskus

29 April 2025   23:21 Diperbarui: 30 April 2025   08:25 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paus Fransiskus memang seorang gembala umat yang harus hidup dalam kesederhanaan dengan kaul kemiskinannya. Akan tetapi kita pun sebagai awam bisa belajar dari sini. Contoh sebuah sikap kerendahan hati dan kesederhanaan dari seorang yang memiliki sebuah kedudukan tinggi di dunia.

Kita tidak perlu sibuk memikirkan untuk mendapatkan barang-barang bermerk mewah atau super mewah. Cukup sebuah kendaraan itu berfungsi dengan baik, nyaman digunakan, sesuai dengan kebutuhan saat itu, dan yang penting kita bisa sampai di tempat-tempat tujuan dengan selamat. Tidak perlu repot dengan merk atau kelas mobil. Cukup jam tangan itu berfungsi dengan baik, bisa kita gunakan untuk mengetahui waktu dengan tepat. Tidak perlu jam tangan mewah atau bahkan super mewah dengan harga fantastis, yang bila diuangkan jumlahnya bisa untuk memberi makan banyak orang yang tidak mampu membeli makanannya sehari-hari. Kita juga tidak perlu menghambur-hamburkan uang membeli barang baru, bila barang yang kita miliki masih bisa digunakan.  

Sikap hidup sederhana yang malah bisa mengurangi tekanan hidup manusia pada masa sekarang ini, terutama yang sering berlomba-lomba untuk menumpuk kekayaan lalu memamerkan hartanya di hadapan publik, di media sosial. Orang-orang yang ingin dihormati berdasarkan kekayaan yang dimilikinya. Atau bahkan ingin mendapatkan julukan sebagai crazy rich people. Yang tidak jarang untuk mencapai ambisi ini kemudian melakukan perbuatan negatif yang kemudian akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Sebuah sikap hidup sederhana yang bisa kita teladani. Secukupnya saja, tidak berlebih-lebihan.

Paus Fransiskus saat melakukan kunjungan apostolik  di Indonesia, tahun 2024 (Sumber: tim media)
Paus Fransiskus saat melakukan kunjungan apostolik  di Indonesia, tahun 2024 (Sumber: tim media)

Sebuah Rahmat dan Ungkapan Terima Kasih di Kedutaan Besar Takhta Suci Vatikan

Saya memang kurang beruntung karena tidak mendapatkan kesempatan melihat langsung dan misa bersama Bapa Suci Fransiskus di GBK, Jakarta tahun lalu. Ada rasa kecewa pasti. Akan tetapi, ada hal lain yang membuat saya masih merasa beruntung.  Dari sebuah kompetisi menulis surat untuk Paus Fransiskus yang diselenggarakan oleh sebuah majalah rohani Katolik, tulisan saya terpilih sebagai salah satu tulisan terbaik untuk dibukukan dalam sebuah buku antologi yang diterbitkan dan kemudian diserahkan oleh pihak penyelenggara langsung kepada Paus Fransiskus di Jakarta. Sebelumnya saya sudah menuliskan pengalaman ini di kompasiana, dengan judul tulisan "Surat Saya Sampai di Tangan Paus Fransiskus".

Buku antologi yang berjudul Whispers of Hope itu berisi kumpulan curahan hati kepada Bapa Suci dari umat Katolik, awam, religius, maupun saudari/saudara lintas agama. Mengisahkan tentang pengalaman hidup beriman, tantangan dan masalah-masalah yang dihadapi dalam hidup, dan lainnya. Saya pun menceritakan tentang pengalaman iman saya serta menuliskan selarik kalimat memohon bantuan doa Bapa Suci Fransiskus atas sebuah masalah yang masih saya perjuangkan untuk bisa teratasi.  

Beberapa hari setelah acara penyerahan buku tersebut (yang saya ketahui dari pemberitahuan pihak penyelenggara), saya menyadari bahwa ada sebuah rahmat khusus yang saya dapatkan. Sebagian dari masalah besar saya yang saya mohonkan bantuan doanya oleh Bapa Paus Fransiskus teratasi begitu saja. Walau saya sebut sebagian, tapi itu bukan sesuatu yang kecil. Saya sudah berusaha mengatasinya begitu lama sebalumnya. Saat menyadari hal itu, saya pun langsung teringat dengan tulisan saya tersebut. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan dan Yesus Kristus, saya percaya itu adalah buah bantuan doa Bapa Suci Fransiskus. Mungkin beliau belum sempat membaca satu per satu tulisan di buku itu karena kesibukannya, tapi saya yakin beliau tahu apa isi buku tersebut. Dan saya percaya Bapa Suci Fransiskus sudah berdoa untuk semua yang meminta bantuan doa-doanya melalui tulisan-tulisan itu karena kasih dan kepeduliannya yang besar bagi semua orang.

Saya sangat bersyukur atas rahmat ini tentu saja. Dan setelah mengetahui kabar berpulangnya Paus Fransiskus, saya kembali teringat akan hal ini dan ingin  mengungkapkan rasa terima kasih saya atas hal yang saya yakini adalah bantuan  doa-doanya itu.

Selasa, tanggal 22 April yang lalu, tiba-tiba saya melihat ada sebuah surat edaran yang dibagikan di grup WhatsApp yang memberitahukan bahwa Kedutaan Besar Vatikan membuka kesempatan kepada publik selama 3 hari untuk menyampaikan ucapan belasungkawa atas berpulangnya Paus Fransiskus. Ada sebuah kesempatan di sini, selain mengungkapkan rasa duka cita, saya juga dapat menuliskan ungkapan terima kasih khusus saya. Sekaligus sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada beliau yang masih bisa dilakukan oleh umat yang tidak bisa langsung melakukannya di Vatikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun