Mohon tunggu...
Fradj Ledjab
Fradj Ledjab Mohon Tunggu... Guru - Peziarah

Coretan Dinding Sang Peziarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lemaskanlah Tengkuk

8 Juni 2021   11:38 Diperbarui: 8 Juni 2021   12:01 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fradj Ledjab, Biarawan dan Pendidik (foto:dokpri)

Pekerjaan, karier, dan sebagainya menyita banyak waktu dari setiap orang untuk terus berpikir, belajar, bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau target yang hendak dicapai. 

Manusia hidup memang harus terus melakukan hal-hal ini sebagai eksistensi diri. Terkait dengan eksistensi itu 'kegiatan' berpikir menjadi mutlak dan pasti untuk menyatakan keberadaan manusia di dunia ini. Orang yang tidak lagi berpikir maka bisa dibilang sudah 'tidak ada' seperti dikatakan oleh Rene Descartes, filsuf ternama dari Prancis,'cogito ergo sum' (saya berpikir maka saya ada).

Dalam kegiatan berpikir dan segala implementasinya itu tenaga dan energi manusia banyak terkuras. Peluang dan tantangan menjadi bagian tak terpisah dari praktek hidup sebagai sebuah hasil berpikir. Barangkali manusia perlu 'menyingkir' bukan untuk melarikan diri melainkan agar ia tetap menjaga dan memelihara berpikirnya sekaligus melemaskan tengkuk yang mungkin selama ini terlampau tegar. 

Jika kita mau belajar dari pengalaman dan perjalanan panjang umat Israel, bangsa terpilih itu, yang cara dan praktek hidupnya mulai menyimpang sehingga Tuhan menghajar mereka. Sudah dibuang ke Babel dan selama dipembuangan mereka masih juga keras kepala bahkan mereka mulai menyembah allah lain dengan membuat anak lembu tuangan dan kepadanya mereka sujud menyembah serta mempersembahkan korban sambil berkata: Hai Israel, inilah allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir" (Kel.32:8b).

Mereka keras kepala, kepala batu, tidak lagi mendengar dan berdoa kepada Allah nenek moyang mereka yang telah membawa mereka keluar dari perbudakan. Umat Israel lupa akan sejarah panjang keselamatan mereka dan bahkan lupa diri. Mereka lupa dan tidak mau sadar bahwa selama ini Allah begitu mengasihi mereka. Mereka kini menjadi "Bangsa yang tegar tengkuk" (Kel.32.9). 

Melihat praktek hidup umat Israel demikian, Allah (Yahwe) murkah dan hendak memberikan pelajaran yang mahal bahkan mau membinasakan mereka. Menghadapi situasi kemurkaan Allah itu, Musa 'pasang badan', maju, bernegosisasi serta memohon kepada Allah agar kiranya menjauhkan kemurkaan-Nya dari hadapan umat Israel. Dengan aksi Musa yang 'pasang badan' itu Allah yang tadinya murkah dan berencana membinasakan umat Israel tidak jadi menjalankan rencana-Nya. Allah tidak dapat menyangkal diri-Nya yang berbelaskasih.

Yesus juga mengecam cara dan praktek hidup orang Yahudi yang bebal hati, keras kepala, dan tidak percaya kepada Yesus dan kesaksian-Nya. Yesus menghantam dengan keras model keimanan mereka; pertama, Bagaimana kamu mengatakan percaya kepada Taurat Musa tetapi tidak percaya kepada-Ku? Bukankah seluruh refleksi Taurat Musa mendapat kepenuhan dalam diri Yesus Kristus? 

Kedua, Bagaimana kamu bisa percaya kepada-Ku jika kesaksian Yohanes Pembabtis tidak kamu percaya? Yohanes sudah bersaksi, "Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian daripadaku lebih berkuasa daripadaku dan dan membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung-Nya, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan" (Mat.3:11-12). Dan lagi Yohanes bersaksi,"Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku"(Yoh.1:15) tetapi tidak juga kamu percaya? 

Ketiga, bagaimana kamu bisa percaya kepada-Ku yang sekarang ini ada bersama-sama dengan kamu jika hatimu tertutup oleh kebebelan dan tegar tengkukmu sehingga tidak mengerti yang ditauratkan Musa dan kesaksian Yohanes?

Kebebalan hati dan tegar tengkuk itu sebagai bukti bahwa manusia tidak mengasihi Allah. Apalagi di masa sekarang ini orang semakin tergoda untuk berpaling dan tidak percaya kepada Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun