Artikel ini kutulis sebagai sebuah refleksi dan ucapan untuk KPM dan Admin Desa yang sedang dan telah berjuang.
Detik-Detik Menjelang 30 Juni 2025, Pukul 23.59 WIB
Di balik layar smartphone dan laptop sederhana di sudut-sudut balai desa, rumah kader, atau kantor desa, ada ribuan jari jemari yang tengah berpacu dengan waktu. Mereka adalah para Kader Pembangunan Manusia (KPM) dan Admin Desa, pejuang data di lini terdepan.
Mereka tahu, 30 Juni 2025 pukul 23.59 WIB bukan sekadar akhir dari triwulan kedua. Bukan pula sekadar deadline pengisian aplikasi e-HDW (Electronic Human Development Worker). Lebih dari itu, itu adalah waktu kelahiran sebuah "bayi" yang diberi nama "Scorecard TW 2 Tahun 2025"
Bayi ini lahir dari jerih payah KPM dan Admin Desa. Ia bukan sekadar angka, tetapi representasi dari usaha, keringat, tantangan, dan perjuangan melayani masyarakat.
Apa yang Terjadi di TW 2 Tahun 2025?
Mari kita bercermin. Data yang terpapar dari berbagai desa, termasuk suatu desa yang berada di Kabupaten Jember, membawa pesan yang sangat jelas, diantaranya prevalensi stunting masih berada di angka 18,73%. Angka itu masih jauh dari harapan dan masih lebih tinggi dari target nasional di bawah 14%. Kemudian skor konvergensi desa ada yang sebesar 76,13%. Ini artinya baik, tapi jelas belum sempurna. Masih ada ruang besar untuk perbaikan. Lalu kita tengok lebih dalam ke ruang kerja KPM. Data performa KPM selama TW 2 adalah potret nyata dari tantangan yang ada:
Pemantauan Anak 0-59 bulan hanya 6,85% pada Juni 2025.
-
Pemantauan Calon Pengantin hanya 2,94%.
-
Keluarga Sasaran hanya 1,28%.
Tapi jangan buru-buru menyalahkan. Ini bukan semata soal kurangnya komitmen. Ini adalah gambaran betapa beratnya kerja-kerja sosial berbasis data di desa. Gangguan server, kurangnya dukungan teknis, keterbatasan pemahaman, hingga kesibukan di luar peran KPM menjadi benang kusut yang masih harus diurai bersama.