Mohon tunggu...
Florensius Marsudi
Florensius Marsudi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa, sedang belajar untuk hidup.

Penyuka humaniora - perenda kata.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jiwa Seorang Pemimpin

15 November 2009   09:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:20 4740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Seorang pemimpin mesti mempunyai ruah, roh atau jiwa kepemimpinan. Berikut ini paparan mengenai "jiwa" yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. "Jiwa" tersebut antara lain:

Orang yang mau belajar…belajar, dan belajar terus menerus.

Mengapa seorang pemimpin perlu senantiasa belajar?
Alasannya amat sederhana. Seorang pemimpin, dalam banyak hal, ia akan berhadapan dengan orang banyak. Orang yang dihadapi tersebut memiliki berbagai macam karakter - pembawaan hidup. Mereka juga memiliki keunikan hidup tersendiri. Dengan kemauan belajar terus menerus, diharapkan seorang pemimpin mampu menyerap dan menjabarkan kemauan institusi ataupun kemauan bawahannya, rakyat yang beraneka ragam.

Selebihnya, kemauan belajar tersebut juga harus dimunculkan dari dalam diri seorang pemimpin, setiap saat. Belajar untuk mengenal siapa yang dipimpinnya, dan yang lebih penting lagi, belajar mengenal diri sendiri. Tanpa pengenalan diri sendiri, bahkan penghargaan akan diri sendri, tidaklah mungkin seorang akan mengenal dan menghargai orang lain yang dipimpinnya. Atau dalam bahasa lain, kata Confusius, seperti dikutip Seputar Indonesia (5 Juni 2009, hlm.1) "hargailah diri anda maka orang lain akan menghargai anda".

Seorang pemimpin juga perlu belajar akan arti penting "kehadiran" orang lain (yang dipimpin) dalam kehidupannya. Belajar untuk menghargai "kehadiran" orang lain inilah yang memerkaya dirinya secara pribadi, dan memungkinkan dirinya semakin berkembang secara maksimal (Robert E.Vallet, 1989: 108-114).

Orang yang menghargai waktu dan bawahannya - yang dipimpin.

Ada seorang motivator sekaligus penulis terkemuka asal Amerika serikat, Harvey MacKay. Kata-kata mutiaranya yang sangat menarik untuk kita simak, seperti yang dikutip Seputar Indonesia (26 April 2009, hlm. 1) "Waktu itu gratis, tapi sangat berharga. Kamu tidak akan dapat memiliki, tapi dapat memanfaatkannya. Kamu tidak dapat menyimpan, tapi dapat menghabiskannya. Sekali kehilangan, kamu tidak akan bisa mendapatkannya kembali".

Jika dalam hal yang paling sederhana; menghargai waktu, seorang pemimpin tak dapat melaksanakannya, besar kemungkinan, bahwa seorang pemimpin tersebut juga tak dapat menghargai orang-orang yang dipimpinnya. Sekedar contoh, seorang pemimpin, melalui sekretarisnya mengundang beberapa karyawannya untuk rapat jam 8.00 pagi. Ketika rapat tiba, jam 8.00 sang pemimpin belum datang. Ia datang satu jam kemudian. Satu jam, bagi para karyawannya adalah waktu yang berharga. Seorang pemimpin dituntut untuk dapat menghargai waktu sekaligus dapat mengendalikannya (James Spillane, 2003: 71-84).

Orang yang sanggup mengomunikasikan ide, gagasan kepada orang lain dengan jelas.

Seorang pemimpin sering menjadi "arah - batu penjuru" untuk sebuah organisasi. Kadang ia harus juga harus mengambil keputusan. Maka seorang pemimpin juga perlu belajar mengomunikasikan segala bentuk keputusan yang telah diambilnya. Kemampuan ini tentu juga ditunjang sikap rendah hati, bahwa dirinya (seorang pemimpin) bukan sumber kebenaran, tetapi penyampai kebenaran. Semakin pemimpin mampu mengomunikasikan ide - gagasannya dengan baik, semakin pula kepemimpinannya efektif (HAW. Widjaya, 2008: 25-26). Kemampuan berkomukasi tersebut sering didukung, salah satunya oleh penguasaan bahasa yang baik (bahasa yang komunikatif) dan penguasaan akan karakteristik yang akan menerima pesan (Widjaya 2008, hlm. 26).

Dalam cara pandang tertentu, komunikasi seorang pemimpin lebih "diwajibkan" untuk menggunakan bahasa "kemanusiaannya" dari pada bahasa "kekuasaannya" .  Seorang pemimpin lebih diharap untuk dapat mengerti dan memahami siapa yang dipimpinnya, daripada "merengek" untuk minta dipahami dan dimengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun