"Allah itu trimendum et fascinosum untuk hidup manusia. Masihkah kita nggak ngerti akan cinta dan belas kasih Allah? Jika dikatakan Allah itu dekat bahkan berada dan disembah manusia, mengapakah kita masih bisa melempar batu bagi orang lain, jika orang lain bersalah. Jika sudah begitu, ia bukan lagi homo socius bagi sesamanya, tapi ia sudah menjadi homo homini lupus......."
Glekkkkk. Kepalaku nyut-nyut, setengah kliyeng-kliyeng mendengar 'manusia terdidik' dibidang keagamaan itu memberikan 'siraman rohani'.
Aku sebenarnya cuma berharap, cobalah gunakan bahasa yang sederhana, membumi. Kami pendengar 'siraman rohani' itu bukanlah orang-orang yang berpendidikan tinggi. Berpendidikan tinggi dan bisa serta mengenal bahasa-bahasa langit. Kami ini cuma pedagang sayur, pengais barang bekas, tukang becak de es te. Jadi gunakanlah bahasa kami jika ingin memberikan 'siraman rohani'. Bahasa salah satunya untuk menunjukkan MAKNA bukan untuk menunjukkan dan membusungkan DADA.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI