Mohon tunggu...
FKIP PCU
FKIP PCU Mohon Tunggu... Guru - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan - Petra Christian University

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UK Petra menempa calon-calon guru Kristen sebagai ujung tombak dunia pendidikan, memperlengkapi setiap individu dengan kemampuan pedagogik untuk membimbing dan mengajar generasi era digital.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Pendidik PAUD sebagai Fasilitator dalam Meningkatkan Self-Esteem Anak Didik yang Mengalami Fatherless di Awal Kehidupan

14 Februari 2024   13:09 Diperbarui: 14 Februari 2024   13:29 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Trivena Yohana Gori-G12220004 

Dilansir dari Narasi Daily, Indonesia merupakan negara fatherless yang menduduki tingkat  ketiga di dunia (Dian, 2023). Fatherless berarti kondisi tidak adanya figur ayah dalam proses  pengasuhan anak di keluarga. Kondisi fatherless dapat disebabkan oleh ayah yang meninggal  dunia atau perceraian orang tua sehingga anak tidak dapat terhubung langsung dengan figur ayah.  Fakta lainnya adalah terdapat beberapa figur ayah yang belum siap menjadi ayah bagi anaknya,  misalnya melakukan hubungan di luar nikah dan kemudian meninggalkan pasangannya. Akan  tetapi, jika ditinjau dari sisi lain yang cukup ekstrim saat ini adalah beberapa anak memiliki ayah  secara fisik tetapi tidak secara psikologi (Ashari, 2017). 

Fenomena Fatherless ini muncul akibat beberapa stereotip budaya yang menyatakan  bahwa tugas laki-laki adalah bekerja dan memenuhi kebutuhan keluarga saja sedangkan  perempuanlah yang bertugas untuk mengasuh dan merawat anak. Menurut KBBI, stereotip berasal  dari bentuk kata nomina yang bermakna konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan  prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Padahal, pada dasarnya pola pengasuhan yang baik dalam  tumbuh kembang anak adalah ketika kedua orang tua dapat hadir dan saling bersinergi mengisi  setiap ruang dalam hidup sang anak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kepribadian yang  baik dari anak merupakan hasil dari proses pengasuhan yang baik dari kedua orang tua. 

Kondisi fatherless memberi dampak yang sangat mempengaruhi pola hidup dan  perkembangan anak yang mengalaminya. Anak-anak yang hidup tanpa ayah cenderung memiliki  perbuatan yang menyimpang, beresiko memiliki masalah yang lebih tinggi dan lebih agresif  (Hetherington & Stanley-Hagan, 1997; Horn & Sylvester, 2002; Kelly, 2000; Painter & Levine,  2000). Dalam psikologi, kondisi ini akan membawa anak menjadi pribadi yang memiliki Self Esteem rendah. Self-Esteem merupakan salah satu faktor utama dari bagaimana individu melihat  dirinya atau konsep diri dan menjadi determinan penting dalam perilaku manusia (Afari, Ward, &  Lhine, 2012). Jika disederhanakan, maka Self-Esteem berarti cara seseorang memandang dan  menilai dirinya sendiri. 

Self-Esteem merupakan salah satu faktor penting dalam kinerja setiap anak didik. Jika  seseorang memilki Self-Esteem yang baik, maka secara naluriah dia akan memiliki motivasi belajar  yang baik. Sebaliknya, jika anak didik memiliki Self-Esteem yang rendah, maka semakin rendah  juga motivasinya untuk belajar. Dalam hal ini, melalui para pendidik, sekolah dapat menjadi  fasilitator bagi anak-anak didik untuk meningkatkan Self-Esteem mereka terutama bagi anak-anak  yang mengalami fatherless. Fatherless sering dialami oleh anak usia PAUD bahkan ada juga yang  sejak lahir. Penulis memandang bahwa di usia PAUD adalah waktu terbaik untuk memberikan  pertolongan dan pendekatan yang baik bagi anak-anak korban fatherless tersebut. Hal ini  dikarenakan usia PAUD adalah usia emas, dimana masa tersebut adalah masa anak-anak mulai  mengenal dan memperhatikan sekelilingnya (Satria, 2021). Jadi, apabila seorang anak mendapatkan bimbingan dan pendekatan yang tepat dalam pendidikan, maka ia akan memiliki  kesiapan belajar yang baik sebagai salah satu faktor penunjang belajar dan berkepribadian yang  baik pada jenjang berikutnya (Hastuti, 2016). 

Pendidik bukan sekedar menyampaikan materi pembelajaran bagi anak-anak didik, namun  juga berperan penting dalam pembentukan karakter dan psikologis anak. Dari Jurnal Pendidikan  Anak, Vol.5 (2016), menyatakan bahwa ada empat peran pendidik PAUD, diantaranya yaitu : 


1. Sebagai Pendidik 

Dalam hal ini, pendidik tidak sekedar menyalurkan materi dan ilmu bagi anak-anak didik,  melainkan menanamkan konsep dasar yang benar sehingga dapat berakar dan bertumbuh  dalam hidup anak didik. 

2. Sebagai Panutan 

Anak di jenjang usia PAUD merupakan peniru yang baik. Jika di rumah anak tidak  mendapatkan figur ayah yang baik 'fatherless' sebagai contoh atau teladan, maka pendidik  dapat menjadi orang tua sekaligus panutan yang baik bagi anak-anak didik. 

3. Sebagai Perancang Pengembangan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun