Perkembangan teknologi berbasis internet menjadi yang terdepan pada era modern sekarang ini. Segala aspek kehidupan masyarakat seolah telah terpenuhi dengan pesatnya teknologi digital tersebut. Hadirnya 'new media' dianggap sebagai wajah baru khususnya pada produk jurnalistik.Â
Seperti pada tulisan sebelumnya, penulis telah mengangkat fenomena mengenai 'one click'.Fenomena 'one click' merupakan ciri khas dari 'new media'yang juga berdampak pada praktik jurnalistik. Kini, untuk mendapatkan informasi audiens tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkannya.Â
Hanya dengan menggunakan piranti digital mereka seperti smartphone, komputer, tablet/ipad mereka telah mendapatkan informasi yang mereka inginkan secara mudah. Tidak perlu ada kegiatan menonton televisi, membeli koran ataupun majalah, bahkan untuk sekedar mendengarkan radio.
Kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi digital tidak serta merta membuat konsumennya bijak dalam mengonsumsinya. Namun, disamping itu kemajuan teknologi ini memberikan angin segar bagi para netizenyang berasal dari gabungan kata internet dan citizen.Netizen berarti orang yang terlibat secara aktif di internet. Paul Bradshaw dalam blognya 'The Future of Journalism' menyebutkan istilah Journalism 1.0 dan Journalism 2.0. Apa sebenenarnya makna dari istilah tersebut?
Lister, dkk dalam bukunya berjudul New Media : A Critical Introduction, Second Edition menyebutkan perubahan karakteristik media baru sangat ditandai dari aspek Interactivity(interaktifnya) (2009:21). Dunia dalam Era Baru membuat audiens multitasking atau prosumer yaitu seorang produser sekaligus konsumer. Jika dahulu audiens hanya sebagai konsumer atau penikmat sebuah konten/hiburan. Kini, difasilitasi oleh teknologi berbasis internet audiens dapat dengan leluasa menggunakan piranti digital miliknya untuk membuat dan memilih konten mana saja yang diinginkan. Selain itu, adanya kolom komentar yang disediakan sebuah portal berita online juga meningkatkan interaktifitas audiens dengan media dan juga antar audiens. Dengan begitu, komunikasi yang terjadi tidak satu arah lagi melainkan dua arah.
Perbandingan yang dimunculkan dalam istilah oleh Bradshaw adalah arah dari proses  komunikasi yang terjadi pada media atau khalayaknya dalam hal ini netizen. Journalism 1.0atau Lecture yang berarti mengajar; ceramah. Singkatnya, komunikasi audiens pada era Journalism 1.0hanya satu arah, yaitu pemberian informasi dari pihak media sebagai agen distributor dan audiens hanya mengonsumsinya. Biasanya, Journalism 1.0ditemui pada media konvensional atau tradisional. Dikatakan pula oleh Bradshaw bahwa adanya perbedaan karakteristik audiens yaitu 'read-only vs read-write'. Read onlyatau hanya membaca merupakan karakteristik dari era Journalism 1.0.Komunikasi satu arah membuat audiens menjadi pasif dan seolah menerima apapun yang disajikan oleh teks media.
Sumber : Slidesharecdn
Wajah berbeda terlihat pada era Journalism 2.0yang menyuguhkan public sphere sebagai proses komunikasi dua arah bagi netizennya. Komunikasi dua arah juga menjadi ciri dari new digital era seperti saat ini. Hal ini membuat fansdari media tradisional tak sedikit beralih ke jurnalisme online. Hadirnya Journalism 2.0menjadi solusi bagi perkembangan jurnalisme era digital seperti sekarang. Public sphere atau ruang publik yang disediakan ini guna menampung aspirasi masyarakat yang intelektual. Adanya proses feedbackatau reaksi timbal balik sebagai bentuk masyarakat yang maju dan tidak hanya menjadi marketplacetetapi kepada kelompok komunitas.Â
Macdougall (1972) dalam Kusumaningrat (2016:15) menyebutkan bahwa journalismadalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme merupakan sebuah kegiatan yang tak habis tergerus zaman dan akan selalu bersifat krusial. Tulisan kali ini akan membahas mengenai kebebasan berpendapat oleh netizenpada portal berita onlineyaitu detik.com sebagai bentuk berkembangnya jurnalisme onlinedi era digital.
Kebebasan berpendapat merupakan bentuk proses komunikasi dua arah yang marak terjad pada era globalisasi ini. Alih-alihsebagai ruang publik bagi masyarakat berkomentar pada kebijakan publik atau sekedar mengkritisi ulah pejabat berdasi. Tak jarang, membuat netizenlupa akan etika mereka ketika mengemukakan pendapatnya secara luas. Selain membubuhkan aspirasi pada kolom komentar pada sebuah portal berita online, kini marak pula muncul yang dinamakan memeatau mimetismeatau mimikri yang berarti peniruan.
Memejuga menjadi wadah masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya. Memeini kemudian dipublikasikan pada jejaring sosial yang tak jarang sering digunakan oleh beberapa portal berita online.Terkadang benar adanya asumsi bahwa meme bernada negatif yang bermaksud menyindir namun secara tersirat.Â
Hal tersebut juga menjadi faktor mengapa netizentertarik untuk berkomentar, disamping memang sudah geram dengan kasus yang melibatkan Ketua Umum Partai Golkar yang menjabat juga sebagai Ketua DPR RI. Seolah ingin menjadi yang tercepat, namun sebenarnya kualitas berita yang mereka muat tidak bertambah sedikitpun. Bahkan ironisnya, terkadang nilai berita telah diabaikan oleh para pekerja media.
Sumber : Detik.com
Salah satu portal berita onlinedi Indonesia adalah detik.com. Penulis melihat detik.com memiliki fitur komentar yang cukup banyak digandrungi oleh netizen. Detik.com juga hadir dalam media sosial Line Today yang merupakan fitur membaca berita baru dari aplikasi chattingyaitu Line.Media memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat dalam proses pembentukan opini atau sudut pandangangnya. Namun, kini audiens telah intelek dalam memilah informasi yang diterimanya. Menurut Dewanti dalam jurnalnya, netizenmemiliki arah berita dan resepsi khalayak dilihat dari komentar yang muncul atas beberapa berita yang dimunculkan detik.com. Dalam berkomentar, netizenakan bereaksi dominant reading(negative menerima isi berita), negotiated meaning(memunculkan makna tersendiri), oppositional decoding(menolak isi berita) atau resepsi yang tidak jelas (2014:4).
Perbedaan Karateristik Audiens Old Media dan New Media
Tabel diatas sesuai dengan topik yang dibahas yaitu Journalism 1.0sebagai Audiens Old Media(Media Lama/Media Tradisional) dan Journalism 2.0sebagai Audiens New Media(Media Baru/Media Digital berbasis teknologi internet). Pola komunikasi yang many to many membuat tingkat interaktifitasnya kuat dan memberikan partisipasi yang aktif sebagai peran audiens di era modern ini. Dewanti dalam jurnalnya menyebutkan adapun arah pemberitaan terdiri dari tiga jenis yaitu bernada pro atau positif (favorable), netral, dan kontra atau negatif (unfavorable) (2014:12).
Stuart Hall dalam Dewanti menjelaskan ada tiga tipe utama pemaknaan atau pembacaan khalayak terhadap teks media :
- Dominant reading
Ketika khalayak memaknai isi media sesuai dengan yang dimaksud oleh pembuat pesan atau media. Seseorang melakukan pemaknaan sesuai dengan makna dominan (preffered reading) yang ditawarkan oleh teks media.
- Negotiated meaning
Ketika khalayak membuat pemaknaan alternatif atau pemakanaan sendiri pada pesan media yang berbeda dari preferred reading sesuai dengan kondisi mereka. Khalayak tidak setuju atau menyalahartikan beberapa aspek dari pesan tersebut dan memberikan sebuah alternatif atau makna negosiasi yang berbeda dari pesan yang dipilih.
- Oppositional decoding
Ketika khalayak membuat penafsiran atas isi media yang berlawanan dengan penafsiran dominan (preferred reading).
Ini merupakan pemberitaan detik.com terkait Setya Novanto masuk Rumah Sakit usai tidak dapat mengahadiri panggilan pada 11 September lalu. Diduga, SN mengalami keteterasi jantung.Â
Tak lama usai detik.com mengunggah berita tersebut, dalam hitungan detik netizensudah membanjiri kolom komentar yang disediakan pada bawah berita ini. Ada sekitar 855 komentar.
Berikut merupakan komentar netizenbernada positif
DAFTAR PUSTAKA :
Chatia Hastasari, dkk. (2011). New Media Teori dan Aplikasi. Surakarta : Lindu Pustaka. (Dalam Jurnal Dewanti, Ira Fisela & Hastjarjo, Sri. 2014. ANALISIS ISI KOMENTAR PEMBERITAAN PADA PORTAL BERITA REPUBLIKA ONLINE (Studi Analisis Isi Komentar Pemberitaan tentang Pro Kontra Menteri Susi Pudjiastuti pada Portal Berita Republika Online Periode 27 Oktober 2014 -- 13 November 2014.Surakarta. (Diakses pada 4 Oktober 2017 : http://www.jurnalkommas.com/docs/JURNAL%20IRA%20FISELA%20(D1212044).pdf)
Fatmawati, Nur Indah. 2017. KPK Tetapkan Setya Novanto Jadi Tersangka Baru Kasus e-KTP. Jakarta : detikNews. (Diambil dari https://news.detik.com/berita/d-3563355/kpk-tetapkan-setya-novanto-jadi-tersangka-baru-kasus-e-ktp)
Fatmawati, Nur Indah. 2017. Foto Novanto Terbaring Sakit di RS Premier Jatinegara.Jakarta : detikNews. (Diambil dari https://news.detik.com/berita/d-3660095/foto-novanto-terbaring-sakit-di-rs-premierjatinegara)
Kusumaningrat, Hikmat & Purnama. 2016. Jurnalistik : Teori dan Praktik.Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA.
Lister, M., Dovey, J., Giddings, S., Grant, I., Kelly, K. (2008). New Media : A Critical Introduction. USA : Routledge (Diakses pada 4 Oktober 2017 : https://ayomenulisfisip.files.wordpress.com/2011/02/lister_a_spol_new_media_a_critical_introducion.pdf)Â