Mohon tunggu...
Fitri Manalu
Fitri Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - Best Fiction (2016)

#catatankecil

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Saksi

26 Agustus 2018   10:51 Diperbarui: 26 Agustus 2018   12:18 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: elaineou.wordpress.com

"Aku banyak berubah, bukan?" Akasha mengerjapkan sepasang mata besarnya yang indah. "Kau masih seperti dulu, masih di sini dan menjadi saksi masa laluku."

Sorot mata Akasha meredup. Aku menunggu kata-kata selanjutnya.

"Jejak itu tak boleh diketahui siapa pun. Segalanya akan... kau pasti paham maksudku." Jemari Akasha bergerak-gerak gelisah. Ia memain-mainkan sesuatu dalam genggamannya.

Sepertinya aku keliru. Akasha belum sepenuhnya berubah. Ia masih berbicara dengan yang selain manusia.

"Maafkan aku, tapi aku harus." Akasha memantik kotak kecil di tangannya. "Selamat tinggal... kau seharusnya tidak menjadi saksi peristiwa-peristiwa itu."

Panas. Aku merasa lidah api mulai menjalariku. Kenangan masa lalu kembali merayap dalam ingatanku. Pengasuh dan pengurus rumah yang tiba-tiba menghilang serta kedatangan orangtua Akasha. Kedatangan Akasha kali ini adalah untuk memusnahkan rumah yang ditinggalinya semasa kanak-kanak.

Aku menatap pohon asam jawa di depanku sambil menangis. Satu-satunya saksi yang mengetahui bahwa pengasuh dan pengurus rumah Akasha terkubur di bawah pohon itu sebentar lagi akan musnah.

***

Tepian DanauMu, 26 Agustus 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun