Mohon tunggu...
Fitri Indralia Mossy
Fitri Indralia Mossy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Amour et Affection

Nulis suka-suka dan berbagi semaunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keringatmu Menghasilkan Uang

26 November 2020   23:58 Diperbarui: 27 November 2020   00:17 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Butiran pasir berterbangan hinggap di bola mata, membuat mata saya basah. Saya mendengar suara makian dari seseorang yang bertubuh besar, pendek dan berkulit hitam. Dia berteriak sepanjang hari. Sebab anak buahnya tidak mengindahkan perintahnya.

Orang-orang sering memanggilnya La Pende, ia adalah seorang mandor di grup 3. Kerja di lapangan membuat kulitnya hangus terbakar matahari. Akan tetapi itu tidak membuatnya patah semangat dalam mencari rezeki halal untuk menafkahi keluarganya.

Saya merasa matahari hanya sejengkal dari kepala, dengan segera saya mengambil jaket dan menutup kepala. Cahaya ultraviolet membuat kulit saya semakin gelap. Saya mencari tempat untuk berlindung dari pancaran matahari.

Dengan menghitung satu, dua dan tiga sambil menuliskan barang yang naik di atas truk, saya melihat Para buruh bekerja dengan lihai, senyum dan canda tetap terlihat walau beban yang mereka pikul lebih dari lima puluh kilo gram.

Air yang keluar dari pori-pori hingga membasahi baju mereka, membuat mereka semakin semangat. Suara lantang yang dikeluarkan mandor membuat mereka menutup telingan dan terus bekerja.

Saya tersentak ketika La Pende mengeluarkan cacian untuk para buruhnya. "Tidak usah kaget, kita sudah terbiasa dengan hal itu." Kata seorang buruh, saya hanya tersenyum sambil melihat ke arah buruh tersebut.

Cacian yang keluar dari mulutnya semata hanya teguran agar para buruh bisa bekerja dengan cepat sebelum senja datang menemui mereka. Saya sendiri melihat cara kerja buruh yang terlihat santai. Dan bekerja hingga suara azan magrib terdengar.

"Jika kita tidak mengeluarkan kata kasar, mereka akan bekerja sesuka hati mereka. Sementara kita juga butuh istirahat." Kata Mandor itu. Matahari mulai memudar. Sinar-sinarnya telah menyembunyikan diri mereka, tetapi para buruh itu tetap bekerja untuk menghidupkan anak istri mereka.

Semua barang saya telah diangkut. Saya membuka resleting tas dan mengambil seikat uang untuk membayar upah mereka. Akan tetapi La Pende memotong separuh dikarenakan para buruh bekerja terlalu lama, tetapi saya menolak itu. Karena itu hak dari para buruh tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun