Mohon tunggu...
Fitri Indralia Mossy
Fitri Indralia Mossy Mohon Tunggu... Wiraswasta - Amour et Affection

Nulis suka-suka dan berbagi semaunya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

The Most Wonderful Surprise

14 Maret 2020   13:16 Diperbarui: 14 Maret 2020   13:17 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara bising terdengar dari luar rumah tepatnya di teras rumah saya, ayahku dan beberapa rekannya sedang bermain kartu, akan tetapi tidak menggunakan uang. Waktu menunjukan pukul 01.09 WIT. Saya terbangun dari tidurku, saya ambil handphoneku dan melihat ada beberapa pesan di Whatsapp, panggilan tidak terjawab dari pacar saya dan juga kaka sepupuku.

Hari ini genap sudah usiaku ke 26 tahun, sudah tua bukan? Tapi menurutku usia 26 tahun usia yang masih terbilang muda. Saya sudah dipaksa menikah, dengan alasan usia saya yang sudah 26 tahun dan hampir mencapai 30 tahun---konon katanya usia yang tepat untuk menikah adalah 23-25 tahun akan tetapi itu tidak berpengaruh untuk saya.

Saya membuka pesan Whatsapp dari pacar saya yang kutulis namanya meine liebe, pesan yang membuatku lupa akan sakit kepalaku dan juga rasa kantuk hilang seketika. Setelah saya membalas pesannya, dia menelponku tetapi saya tidak menangkat teleponnya karena saya memakai mode silent. Saya segera keluar dari kamar tidurnya kakaku dan menuju ke ruang tv untuk menelponya kembali.

"Asalamualaikum." Ucapku sebagai pembicaraan pertama dengannya.
"Waalaikumsalam." Balasnya.
"Bagaimana, hari pertamamu di tanah rantau?." Tanyaku.
"Menyenangkan sekali, karena apa yang membuatku penasaran sudah terjawab semua disini." Ucapnya sembari menceritakan kegiatannya hari ini.
"have you got that boarding house?" tanyaku dengan ala-ala berbahasa Inggris.
"Come on, Sweetie. It's just that this place is so expensive a month, but inside the room were fans, closets and a table." Jawabanya dengan suara yang begitu pelan.
"Yes. It's ok. The important thing is that you have a place to stay." Jawabku dengan penuh rasa syukur.
"Yes, Honey." Jawabnya.

Saya sepertinya tak bisa lagi untuk membuka mulut dan mata karena hari sudah terlalu larut, saya merasakan kantuk yang begitu hebat dikarenakan my body sick all over.


"Phity." Ucapnya.
"Iya, San." Jawabku
"Coba kamu buka bingkisan yang saya titipkan kemarin." Katanya dengan suara yang tegas.
"Untuk apa? Apakah tidak bisa besok? Hari sudah terlalu larut adik saya sudah mengunci pintu kamarnya, karena saya tidur dengan kakak saya." Jawabku dengan sedikit berat hati untuk pergi ke kamar membuka bingkisannya.
"Coba bangunkan dulu adikmu." Ucapnya dengan nada agak memaksa.
"Iya." Jawabku singkat dan menuruti katanya.

Sudah lama saya mengetuk pintu kamar, akhirnya adikku membuka pintu kamar. Segera saya mengambil bingkisan yang dititipkannya, dan saya membuka bingkisan tersebut di dalam bingkisan tersebut hanya terdapat koran Tempo edisi 29 Februari-1 Maret 2020.

"Sudah saya buka bingkisan ini, hanya terdapat 10 eksemplar koran Tempo." Ucapku dengan nada yang sedikit kesal karena kantuk.
"Coba dicari lagi." Ucapnya.
Saya mencari kembali kertas yang ia maksud---kertas itu adalah kertas HVS.
"Saya sudah temukan kertasnya." Ucapku dan melihat kertasnya dalam keadaan terbalik sehingga saya tidak melihat tulisan dalam kertas tersebut.
"Coba di baca tulisannya." Ucapnya dengan semangat.

Saya membalikan kertasnya dan melihat tulisan tersebut, karena sebelum tidur adik saya mematikan lampu kamar, saya tidak dapat melihat tulisan tersebut. Saya menyalakan lampunya dan membaca tulisan ini di dalam hati yang isinya "Selamat ulang tahun, Fitri Indralia Mossy. Tuhan senantiasa melimpahkan cinta-Nya di hatimu---26."

"Coba di baca." Ucapnya dengan tidak sabar.
"He-he-he." Saya hanya tertawa, karena tidak menyangka dengan kejutan seperti ini.
"Ayo  dibaca dulu." Katanya dengan memaksa.
"Selamat ulang tahun, Fitri Indralia Mossy. Tuhan senantiasa melimpahkan cinta-Nya di hatimu---17." Ucapku dengan bercanda sembari tertawa.
"Ha-ha-ha." Dia pun tertawa.
"Coba ambil satu koran dan kamu membuka setiap halamanya." Ia melanjutkan pembicaraannya.
"Iya, Sayang." Saya menuruti perkataanya, tetapi dalam hati bertanya kejutan apalagi ini.

Saya membuka lembaran koran dan melihat setiap halamannya, saya membolak-balik lembaran koran tidak satupu yang saya temui.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun