Mohon tunggu...
Fitri Hasana
Fitri Hasana Mohon Tunggu... mahasiswa

mahasiswa uin sts jambi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kisah KKN di mtsS Nurul Ihsan Muhajirin memberantas buta aksara arab

22 Agustus 2025   22:51 Diperbarui: 22 Agustus 2025   22:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menguji kemampuan siswa dalam membaca Al-qur'an

Setiap mahasiswa tentu memiliki kisah KKN yang berbeda-beda. Ada yang ditempatkan di desa, ada yang di sekolah, ada pula yang di instansi masyarakat. Bagi saya pribadi, pengalaman KKN Mandiri di MTs Nurul Ihsan Muhajirin menjadi perjalanan berharga yang akan selalu saya kenang. Dari tempat sederhana ini, saya belajar tentang arti kesabaran, keikhlasan, dan betapa pentingnya ilmu kecil yang kita bagi kepada orang lain.

Ketika pertama kali datang ke madrasah ini, saya langsung disambut oleh guru-guru dan siswa yang ramah. Namun, di balik keramahan itu, saya mendengar cerita dari guru bahwa masih ada siswa yang belum lancar membaca huruf hijaiyah. Saat saya sendiri mencoba mengetes, ternyata memang benar: beberapa siswa kesulitan membedakan huruf, bahkan ada yang masih terbata-bata membaca potongan ayat sederhana. Saat itu hati saya tergerak. Saya merasa inilah kesempatan saya untuk memberi kontribusi nyata selama KKN, meski dengan cara sederhana.Program kecil pun saya mulai. Setiap hari saya menyempatkan waktu untuk membimbing siswa mengenal huruf hijaiyah. Saya menuliskan huruf di papan tulis, lalu mengajak mereka menirukan cara membacanya. Ada yang cepat menangkap, ada pula yang harus saya ulang berkali-kali. Saya berusaha membuat suasana belajar tidak tegang, kadang dengan permainan kecil, tanya jawab singkat, bahkan bercanda agar mereka tidak bosan. Dari sinilah saya menyadari, bahwa mengajar bukan sekadar menyampaikan ilmu, tetapi juga bagaimana membuat siswa nyaman dalam belajar.

Proses belajar mengajar huruf hijaiyah di kelas
Proses belajar mengajar huruf hijaiyah di kelas
Tentu ada tantangan. Beberapa siswa tampak malu-malu dan enggan maju ke depan. Ada pula yang cepat menyerah ketika salah membaca. Saya harus ekstra sabar, meyakinkan mereka bahwa belajar itu butuh proses. Setiap kali ada siswa yang berhasil membaca meski hanya satu ayat pendek, saya beri apresiasi dan pujian. Hal kecil seperti itu ternyata mampu membuat mereka lebih percaya diri.

Selain fokus pada huruf hijaiyah, saya juga ikut serta dalam rutinitas sekolah yang penuh dengan kegiatan religius. Setiap pagi, siswa membaca Surah Yasin, Al-Waqi’ah, dan doa bersama. Saya ikut duduk bersama mereka, merasakan suasana khidmat yang menenangkan hati. Dari sini saya belajar bahwa pendidikan karakter Islami tidak hanya diajarkan lewat teori, tetapi dibiasakan lewat aktivitas harian. Bahkan, kegiatan sederhana seperti senam pagi pun memberi dampak positif: anak-anak terlihat lebih bersemangat, ceria, dan kompak.

Mengikuti kegiatan rutin membaca surah yasin, surah Al waqiah dan senam 
Mengikuti kegiatan rutin membaca surah yasin, surah Al waqiah dan senam 
Hari-hari saya di madrasah terasa begitu cepat. Semakin lama, semakin terlihat perubahan pada siswa. Mereka yang sebelumnya kesulitan mulai bisa membaca dengan lancar. Ada yang dengan bangga memperlihatkan catatan huruf hijaiyah di bukunya. Ada pula yang berkata, “Bu, saya sudah bisa membaca ayat ini sendiri.” Momen-momen seperti itu sungguh membuat hati saya haru. Saya merasa perjuangan kecil ini tidak sia-sia.

Namun lebih dari itu, saya sendiri justru yang paling banyak belajar. Saya belajar tentang kesabaran, karena tidak semua anak bisa langsung paham. Saya belajar tentang keikhlasan, karena mengajar butuh hati yang tulus tanpa berharap balasan. Dan saya belajar tentang makna pengabdian, bahwa sekecil apapun usaha yang kita lakukan, jika niatnya baik, pasti akan membawa manfaat.

KKN ini memang hanya berlangsung sebentar, tapi kesannya akan saya bawa terus. Saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari pembiasaan religius di MTs Nurul Ihsan Muhajirin. Meski sederhana, kegiatan ini menunjukkan bahwa membentuk karakter Islami bisa dilakukan lewat hal-hal kecil yang konsisten. Saya berharap program ini terus dijalankan oleh sekolah, sehingga siswa-siswa tidak hanya pandai membaca huruf hijaiyah, tetapi juga tumbuh menjadi generasi Qur’ani yang berakhlak mulia.

Momen kebersamaan lewat ice breaking 
Momen kebersamaan lewat ice breaking 
Bagi saya pribadi, KKN bukan hanya kewajiban dari kampus. Lebih dari itu, KKN adalah ruang untuk belajar tentang kehidupan. Dari anak-anak saya belajar arti kegigihan, dari guru saya belajar arti keikhlasan, dan dari masyarakat saya belajar arti kebersamaan. Semua itu menjadi pelajaran berharga yang tidak akan saya dapatkan di ruang kuliah.

Akhirnya, saya menyadari bahwa pengabdian tidak harus besar dan megah. Terkadang, pengabdian justru hadir dalam bentuk sederhana: menemani anak-anak mengeja huruf demi huruf Al-Qur’an, mendengarkan suara terbata-bata mereka, lalu tersenyum bahagia saat akhirnya mereka berhasil membaca dengan lancar. Dan bagi saya, itulah kebahagiaan sejati dari KKN ini.

Demikianlah perjalanan saya selama KKN, sebuah pengalaman yang sarat dengan pembelajaran, kebersamaan, dan tantangan yang membentuk karakter saya. Setiap momen, mulai dari kegiatan mengajar, bersosialisasi dengan warga, hingga menghadapi kendala di lapangan, semuanya memberikan pelajaran berharga yang tak ternilai. Semoga pengalaman ini tidak hanya menjadi bekal bagi diri saya pribadi, tetapi juga menjadi inspirasi untuk berkontribusi lebih baik di masyarakat dan menghadapi tantangan masa depan dengan penuh keyakinan dan rasa tanggung jawab

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun