Bendera Merah Putih kebanggaan Indonesia terlihat gagah berkibar di antara jejeran bendera negara-negara lain di Kantor World Health Organization (WHO) Kawasan untuk Pasifik Barat, Manila, Filipina pada 11 Juni 2025. Momen resmi ini menyambut Indonesia yang beralih keanggotaan masuk WHO Pasifik Barat (Western Pacific Region/WPRO).
Indonesia sepanjang tujuh dekade terakhir aktif sebagai Negara Anggota WHO Kawasan Asia Tenggara (South-East Asia Region/SEARO). Kemudian, Sidang World Health Assembly (WHA) ke-78 di Geneva, Swiss pada 23 Mei 2025 berhasil mengesahkan perpindahan keanggotaan Indonesia ke WHO Kawasan Pasifik Barat.
Beberapa warganet di media sosial ikut berkomentar, 'Lebih cocok memang masuk ke WHO Pasifik Barat. Sama-sama secara geografis dengan negara lain yang kepulauan' atau 'Punya tantangan kesehatan yang sama dengan negara kepulauan lain.'
WPRO terdiri dari 37 Negara Anggota (menjadi 38 Negara Anggota dengan penambahan Indonesia) dan wilayah lainnya di Pasifik Barat. Indonesia akhirnya satu kelompok dengan negara-negara di Asia yang terbilang maju, yaitu Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Di kawasan Oseania, ada Australia dan Selandia Baru yang maju.
Peralihan keanggotaan Indonesia ke WHO Pasifik Barat sangat menarik dibahas. Pertanyaan sejuta umat yang terlontar, 'Alasannya apa baru sekarang pindah? Ada untungnya atau tidak? Bakal ngefek atau enggak terhadap kemajuan sistem kesehatan di Indonesia?'
Keputusan beralih dari SEARO ke WPRO tentu membutuhkan pertimbangan matang, baik dari sisi peluang kerja sama maupun persamaan geografis dengan negara-negara Anggota WHO Pasifik Barat. Artinya, Indonesia bukan ujug-ujug beralih keanggotaan WHO. Ada sisi politis dan diplomatis yang turut dipikirkan.
Peluang memeroleh pendanaan dan hibah lebih besar
Satu cuitan warganet menanggapi perpindahan Indonesia ke WHO Pasifik Barat, 'Paling biar gampang gaet pendanaan.' Bila kita mendalami, persoalan pendanaan memang cukup menyentil. Keberlanjutan program-program kesehatan perlu didukung dengan pendanaan berkelanjutan.
Indonesia semakin berpeluang memeroleh pendanaan lewat kerja sama dengan negara-negara di Pasifik Barat yang memiliki ekonomi lebih kuat, seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Peluang mendapatkan pendanaan untuk memajukan kesehatan nasional terbuka lebar. Bahkan bisa saja mendapatkan hibah lebih besar. Â
Lebih banyak menjalin kerja sama dengan negara-negara di satu kawasan yang sama, bukan tak mungkin Indonesia diberi kemudahan memeroleh pendanaan dan hibah. Didukung pula, misalnya, negara-negara WPRO punya tujuan bersama mencapai eliminasi penyakit tertentu.Â
Untuk mencapai tujuan tersebut, negara-negara WHO Pasifik Barat butuh saling bekerja sama dan kolaborasi. Terlebih lagi, pendanaan kesehatan global sedang kekurangan akibat dampak kebijakan luar negeri Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memotong anggaran kesehatan global.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!