Sudah hampir setahun Pandemi Covid 19 berada di Indonesia. Hingga saat ini jumlah kasus Covid 19 di Indonesia mencapai angka +643.508 terkonfirmasi positif. Hal ini membuat beberapa sector mengalami dampak yang signifikan, salah satunya pada bidang Pendidikan.
Untuk memutus mata rantai covid 19, Pemerintah mengambil langkah tegas dengan dikeluarkan nya surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 3 tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan pada 9 Maret 2020; Surat Edaran Menteri Kesehatan No HK.02.01/MENKES/199/2020 pada 12 Maret 2020; dan Surat Edaran Sekjen Kemendikbud No 36603/A.A5/OT/2020 pada 15 Maret 2020, yang mengatur kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring. Mulai dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Perguruan Tinggi mengadakan kegiatan pembelajaran secara daring untuk mencegah penularan Covid-19.
Menanggapi hal tersebut, peran orang tua sangatlah penting dalam mendukung proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara daring. Namun faktanya, banyak orang tua yang masih kurang pemahaman dalam menjalankan fungsi Pendidikan di tengah keluarga, padahal salah satu fungsi ibu dalam keluarga adalah fungsi edukasi, dimana ibu memegang peran sentral, terutama pada masa perkembangan anak. Sebagaimana juga sinerginya dengan peran sentral ayah dalam mengisi ruang perkembangan anak secara holistic.

Dalam Konteks fungsi mendidik seorang ibu dan ayah perlu menjalankan pembelajaran 3H pada anak: Heart, head dan hand. Sebagai model, pembelajaran ini bersifat transformatif. Perkembangan 3H diarahkan untuk mengubah kesadaran dan memperluas pandangan dunia anak.
Dalam hal ini, anak di ajak melakukan refleksi melibatkan respon emosional dan menggunakan pengetahuan relasional. Tujuannya, membentuk keterkaitan diri dengan lingkungan sekitar. Pada praktiknya, anak dikondisikan dan di rangsang untuk menjadi “anak transformasional” yang dicirikan mandiri, memiliki kaingintahuan yang kuat, bertanggung jawab.
Dalam masa Pandemi, mendidik anak menjadi “anak transformasional” dirasa penting karena anak mempunyai rasa tanggung jawab yang kuat terhadap dirinya sendiri baik itu untuk kesehatan nya, pendidikan maupun keamanan diri selama masa pandemic.
Kedua, heart. Ini mengacu kepada pengembangan system nilai dan sikap yang nantinya diterjemahkan kepada prilaku. Ini dapat dilakukan dengan belajar merasakan, menghayati dan melibatkan emosi.
Perlu ditekankan, dalam masa pandemic anak dihadapkan dengan situasi yang berbeda dari biasanya. Anak mungkin merasa kaget dengan situasi yang ada bahkan bisa mengalami gangguan Kesehatan mental. Disinilah perlu adanya campur tangan orangtua dalam mengelola emosi anak.
Ketiga, hand. Ini mengacu pada perkembangan domain psikomotorik dalam peningkatan keterampilan praktis dan kegiatan fisik melalui berbagai aktifitas. Di masa Pandemic, kegiatan yang melibatkan fisik juga bermanfaat untuk menjaga Kesehatan dan imunitas tubuh.
Melakukan kegiatan fisik dirumah dengan olahraga ringan atau kegiatan fisik yang bisa melatih perkembangan psikomotorik anak sekaligus menjaga kebugaran Bersama orang tua untuk mengisi waktu luang di masa pandemic. Sekaligus menjadi momen pendekatan antara anak dan orangtua.
Pembelajaran 3H di tengah keluarga di masa pandemik setidaknya dapat memenuhi empat tujuan dan kebutuhan anak yaitu peraihan kesuksesan dan kebutuhan untuk menguasai, pemenuhan rasa ingin tahu dan kebutuhan untuk memahami, penegasan orisinilitas diri dan kebutuhan untuk berekspresi.
Selain itu, Orang tua juga bisa memaksimalkan teknologi penunjang di bidang pendidikan seperti aplikasi belajar online maupun website bertemakan Pendidikan sebagai penguat pembelajaran online di masa pandemic.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI