Mohon tunggu...
fitriaraniasa
fitriaraniasa Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya menyukai membaca buku, artikel, dan novel dengan alur yang menarik, karena dari situ saya belajar memahami sudut pandang dan ide baru. Minat ini juga mendorong saya untuk mulai belajar menulis dan mengembangkan kemampuan membuat artikel sebagai bentuk ekspresi dan pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Sosial: Penghubung atau Pemecah Hubungan Sosial?

27 April 2025   20:04 Diperbarui: 27 April 2025   20:04 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam dua dekade terakhir, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Platform seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan Facebook memungkinkan siapa saja untuk terhubung dengan orang lain di seluruh dunia hanya dengan sekali klik. Pada satu sisi, media sosial menawarkan peluang luar biasa untuk membangun jejaring sosial, mempererat hubungan, dan berbagi informasi dengan cepat. Namun di sisi lain, media sosial juga menimbulkan kekhawatiran: benarkah ia mempererat hubungan sosial, atau justru menjadi pemecah dan pengganggu interaksi nyata antar manusia?

Salah satu kekuatan terbesar media sosial adalah kemampuannya menjembatani jarak. Orang-orang yang terpisah oleh ruang dan waktu dapat tetap berkomunikasi, berbagi kabar, bahkan membentuk komunitas baru berbasis minat yang sama. Di masa pandemi COVID-19, misalnya, media sosial menjadi penyelamat dalam menjaga hubungan keluarga, pertemanan, bahkan kegiatan belajar dan bekerja. Berkat media sosial, solidaritas dalam bentuk kampanye bantuan sosial, edukasi kesehatan, dan advokasi kemanusiaan dapat tersebar luas dalam waktu singkat.

Namun, media sosial juga membawa konsekuensi negatif terhadap hubungan sosial. Salah satu dampaknya adalah munculnya "hubungan semu", di mana seseorang memiliki banyak koneksi online tetapi tetap merasa kesepian di dunia nyata. Interaksi yang dangkal melalui like, comment, atau story view sering kali menggantikan percakapan mendalam yang membangun kualitas hubungan. Selain itu, algoritma media sosial cenderung membentuk "echo chamber", yaitu ruang di mana pengguna hanya terpapar informasi atau opini yang sesuai dengan pandangan mereka sendiri. Ini dapat mempersempit pemikiran, memperkuat polarisasi sosial, dan memicu konflik.

Tak jarang, media sosial juga menjadi alat penyebaran ujaran kebencian, fitnah, atau perundungan digital (cyberbullying), yang pada akhirnya memperkeruh hubungan antarindividu maupun antarkelompok. Anonimitas yang ditawarkan oleh dunia maya sering kali membuat orang merasa bebas untuk berkata kasar tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain. Akibatnya, konflik sosial yang bermula di dunia maya bisa merembet ke dunia nyata.

Oleh karena itu, penggunaan media sosial memerlukan kesadaran dan literasi digital yang tinggi. Individu perlu bijak dalam membangun interaksi online, memahami etika berkomunikasi digital, serta aktif menghindari penyebaran informasi yang salah atau provokatif. Media sosial harus ditempatkan sebagai alat untuk mempererat, bukan menghancurkan, hubungan sosial.  

Penting pula untuk menjaga keseimbangan antara interaksi di dunia maya dan dunia nyata. Bertemu secara langsung, berbincang tatap muka, dan merawat hubungan dengan kehadiran fisik tetap menjadi kebutuhan manusia yang tidak tergantikan oleh teknologi.

Pada akhirnya, media sosial hanyalah alat; bagaimana ia memengaruhi hubungan sosial kita bergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Dengan pendekatan yang sadar dan bertanggung jawab, media sosial dapat menjadi jembatan yang mempererat solidaritas manusia di tengah dunia yang terus berubah. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun