Museum Fatahillah, juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta, adalah sebuah bangunan bersejarah. Dulu bangunan Museum Fatahillah adalah Balai Kota Batavia, atau Stadhuis van Batavia dalam bahasa Belanda. Dibangun pada 1707 dan selesai pada 1712 atas perintah Gubernur Jenderal Belanda saat itu, Joan van Hoorn. Selama dua abad, Balai Kota Batavia digunakan sebagai kantor administrasi kota Batavia. Balai Kota Batavia juga memiliki ruang tahanan yang digunakan sebagai penjara utama kota Batavia pada masa VOC. Bangunan satu lantai itu dulunya adalah penjara di belakang Balai Kota.
Penjara ini diperuntukkan bagi narapidana yang mampu membayar kurungan mereka sendiri. Namun berbeda dengan penjara di bawah bangunan utama. Hampir tidak ada AC atau penerangan, sehingga akhirnya banyak tahanan yang meninggal sebelum dibawa ke sidang pengadilan. Sebagian besar meninggal karena kolera, tifus dan kekurangan oksigen. Penjara balai kota ditutup pada tahun 1846 dan dipindahkan ke timur Molenvliet Oost. Di antara para tahanan yang menempati penjara balai kota adalah mantan Gubernur Jenderal Belanda Sri Lanka Petrus Vuyst, Untung Suropati dan Pangeran Diponegoro.
Dan pada tahun 1937 Yayasan Oud Batavia mengajukan rencana untuk mendirikan museum yang didedikasikan untuk sejarah Batavia.Â
Yayasan kemudian membeli gudang Geo Wehry & Co yang terletak di sebelah timur Kali Besar tepatnya di Jl. Gerbang Besar Utara No. 27 (sekarang Museum Boneka) dan mengubahnya menjadi Museum Batavia Oud. Museum Batavia Lama dibuka untuk umum pada tahun 1939. Pada masa kemerdekaan, museum ini diubah menjadi Museum Kota Tua Jakarta di bawah Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI) dan kemudian diwariskan menjadi "Museum Djakarta Lama" pada tahun 1968. . DKI untuk Pemerintah Daerah Jakarta. Gedung ini diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta pada 30 Maret 1974 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI