Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, hari berganti hari, pekan, bulan, dan tahun berlalu, silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Saat ini kita berada di penghujung 2018 dan menuju tahun baru 2019.
Di negeri kita Indonesia , umumnya kita mengacu pada kalender Masehi. Maka, tak heran jika banyak orang yang lebih tertarik pada pergantian tahun Masehi daripada Hijriyah.Â
Banyak orang Islam yang memang suka merayakan pergantin tahun Masehi. Hingga, mereka rela mengurangi waktu istirahatnya hanya untuk bersenang-senang menikmati malam pergantian tahun. Tapi, sebagai seorang Muslim, tentu kita tahu bahwa tahun baru Masehi bukanlah dari Islam. Sedang, jika kita merayakannya, itu sama halnya kita seperti mereka orang-orang di luar Islam.
Memasuki tahun yang baru, kita tentu saja ingin menjadi pribadi baru yang lebih baik dari tahun sebelumnya.Â
Untuk memastikan keamanan dan kenyamanan pada momen pergantian tahun baru ini seharusnya , tidak menyalakan kembang api atau pawai keliling menggunakan kendaraan, karena dapat menimbulkan kebisingan dan kecelakaan.Â
Tempat hiburan seperti pantai, rumah makan, hotel, maupun penginapan agar tidak menyediakan atau mengadakan kegiatan yang bertentangan dengan ajaran agama, dan hukum positif serta nilai budaya yang berlandaskan akhlak mulia.Â
Ini sebagai bentuk rasa belasungkawa dan empati kepada saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah bencana. Resolusi tahun baru bisa dilakukan dengan meninggalkan perilaku buruk yaitu budaya hura-hura dalam menyambut pergantian tahun.Â
Serta mengembangkan tujuan yang akan kita capai di tahun 2019 mendatang yaitu mengisi malam dengan hal-hal positif bukan dengan kegiatan yang bersifat hura-hura secara berlebihan.Â
Melainkan melakukan berbagai aktivitas yang mengarah pada kebaikan Seperti berdoa dan menggalang dana kemanusiaan untuk saudara kita yang terkena bencana dan memperbanyak melakukan kegiatan keagamaan, seperti zikir, doa bersama, dll.Â
Penulis: Fitriani Ilmi