Mohon tunggu...
fitria kusuma
fitria kusuma Mohon Tunggu... mahasiswi

seorang pelajar yang hobi membaca komik:3

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bayang-bayang Cinta Terlarang Joko Lancur dan Siti Amirah di Desa Golan dan Mirah

6 Mei 2025   00:44 Diperbarui: 6 Mei 2025   11:07 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen pribadi Pintu masuk ke makam Ki Ageng Honggolono di Desa Golan

Cerita ini bermula ketika Ki Ageng Honggolono yang berasal dari desa Golan dan Kyai Ageng mirah yang berasal dari dusun Mirah hendak menikahkan anak mereka. Awal mula pernikahan tersebut terjadi ketika Joko Lancur putra dari Ki Ageng Honggolono sedang melakukan sabung ayam dengan pemuda Mirah,sampai akhirnya ayam dari Joko Lancur meninggalkan arena dan diketahui bahwa ayam tersebut berada di pekarangan rumah Kyai Ageng Mirah, kemudian berdiri di dekat Siti Amirah yang sedang membatik.Siti Amirah yang kebingungan melihat ayam siapa tersebut,lalu mengamati sekeliling pekarangan rumah dan melihat ada Joko Lancur yang sedang mencari ayam.Melihat ada seorang pria yang mengataminya, kemudian Siti Amirah langsung berlari masuk ke dalam rumah. Joko Lancur yang sedari tadi mengamati Siti Amirah merasa tertarik dengan kecantikannya. Setelah melihat Siti Amirah masuk ke dalam rumah, beliau kemudian bergegas mengambil ayam tersebut dan kembali ke rumahnya. Sesampai di rumah, Joko Lancur masih terbayang-bayang dengan Siti Amirah. Hal tersebut diketahui oleh ayahnya yaitu Ki Ageng Honggolono,

 kemudian Joko Lancur bercerita bahwa ia berniat untuk menikahi Siti Amirah. Awalnya Ki Ageng Honggolono tidak setuju dengan niat anaknya tersebut, karena Ki Ageng Honggolono memiliki perbedaan pandangan dengan Kyai Ageng Mirah. Namun dikarenakan anaknya memaksa, beliau pun akhirnya menuruti keinginan anaknya tersebut dan segera berangkat ke Desa Mirah untuk menemui Kyai Ageng Mirah. Sesampainya di Desa Mirah, Ki Ageng Honggolono menyampaikan mak-sud dan tujuan datang ke Mirah yaitu ingin menikahkan anaknya dengan anak Kyai Ageng Mirah. Namun, karena Joko Lancur memiliki watak yang tidak baik yaitu suka sabung ayam, Kyai Ageng Mirah tidak menyetujui pernikahan tersebut. Akhirnya Kyai Ageng Mirah menolak dengan cara yang halus yaitu dengan memberikan dua persyaratan bagi Joko Lancur. Hal ini dilakukan karena, jika Kyai Ageng Mirah secara terang-terangan menolak pernikahan tersebut dikhawatirkan akan terjadi pepe-rangan antar desa. Persyaratannya adalah dengan membuat saluran air yang mengairi sawah di Desa Mirah dan satu lumbung padi dan lumbung kedelai yang dapat berjalan sendiri dari Desa Golan ke Desa Mirah.Persyaratan pertama telah berhasil dipenuhi atas bantuan Ki Ageng Honggolono, kemudian persyaratan kedua memiliki hambatan. Ki Ageng Honggolono berniat curang dengan mencampur padi dan kedelai tersebut dengan jerami agar lum-bung tersebut terlihat berisi. Kemudian Ki Ageng Honggolono memberitahu anaknya untuk segera bersiap untuk melamar Siti Amirah. 

Dokumen pribadi Pintu masuk jalan Ki Ageng Mirah di Desa Mirah
Dokumen pribadi Pintu masuk jalan Ki Ageng Mirah di Desa Mirah

Namun sesampainya di Desa Mirah, hal tersebut diketahui oleh Kyai Ageng Mirah. Dengan kekuatannya, beliau menunjukkan bahwa seserahan tersebut hanya jerami yang ditutupi dengan padi dan kedelai. Melihat hal tersebut, Kyai Ageng Mirah memutuskan untuk membatalkan pernikahan anak mereka.Ki Ageng Honggolono yang merasa dipermalukan kemudian mengutuk Siti Amirah meninggal. Ternyata hal tersebut benar. Siti Amirah meninggal dan melihat wanita yang dicintainya meninggal, Joko Lancur pun turut bunuh diri dengan menancapkan keris yang ada di bajunya dan turut meninggal dunia. 

Dokumen pribadi Makam Siti Amirah putri dari Kyai Ageng Mirah
Dokumen pribadi Makam Siti Amirah putri dari Kyai Ageng Mirah

Melihat anaknya meninggal, Ki Ageng Honggolono mengucap sumpah serapah yang hingga saat ini dikenal dengan tradisi larangan adat.menurut warga setempat sumpah tersebut berbunyi"Dadi godhong ora nyuwek dadi cuthik ora nyeklek dadi banyu ora nyiwuk" yang berarti jangan sampai warga desa Golan dan Mirah yang menjalin hubungan kekeluargaan.lalu adapun fenomena yang pernah terjadi terkait cerita tersebut yaitu ketika ada orang-orang yang mempunyai hajatan seperti pernikahan itu terjadi ketika ada saudara dari Golan lalu didatangi warga/saudara dari Mirah biasanya ada hal buruk yang terjadi seperti beras tidak matang lalu sound system jika dari pernikahan warga Golan dihadapkan ke desa Mirah dan sebaliknya maka sound system tersebut akan ada masalah seperti tiba-tiba mati sendiri atau lain sebagainya.akibat dari pantangan Ki Ageng Honggolono sebelumnya juga menjadikan warga desa Golan dan Mirah sampai sekarang tidak ada yang berani melanggar hal tersebut walaupun begitu warga desa Golan dan Mirah tetap menjaga hubungan mereka dengan baik tanpa ada perselisihan yang terpenting yaitu tetap adanya sikap toleransi dan saling memahami.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun