Kali ini mereka berani membakar bendera berkalimat Tauhid, di Garut. Â Tindakan konyol yang membuat umat Islam tersinggung, dan menimbulkan keresahan di masyarakat. Merusak kegembiraan perayaan Hari Santri Nasional.
Mengapa kukatakan konyol? Karena Banser melakukan sesuatu yang melampaui kewenangan mereka. Dan ini bukan hanya terjadi sekali, tapi berkali-kali.
Tindakan kontroversial yang dilakukan Ansor dan Banser, seperti membubarkan pengajian, mengadakan Bantul Masail dan mengeluarkan fatwa sendiri, telah mendapat pertentangan bukan hanya dari ormas Islam lain, bahkan dari kalangan Nahdiyin sendiri.
Dan kritik terhadap Ansor sekaligus Banser pernah dilontarkan oleh Gus Muzammil, pengasuh pondok pesantren Ma'arif NU, Bantul, pada saat menghadiri kajian 'Padang Mbulan' - nya Cak Nun di Jombang setahun lalu.
"Oke, Ansor. Kita harus tahu dulu apa posisi Ansor di sebuah organisasi besar bernama Nahdlatul Ulama ini," begitu Gus Muzammil memulai diskusi.
"Jadi begini, dalam organisasi NU, terdapat divisi Syuriah dan Tanfidziyah. Divisi Syuriah berisi para ulama. Harus ulama, harus orang yang paham ilmu agama. Karena Syuriah inilah yang nanti membuat fatwa  lewat forum yang disebut Bathsul Masail. Sedangkan Tanfidziyah bertugas sebagai pelaksana fatwa dari Syuriah tersebut."
Penjelasan berlanjut,
"Nah, biar pelaksaan atas keputusan Syuriah berjalan lancar, maka butuh pemuda-pemuda gesit sebagai pengawal fatwa para ulama. Itu sebabnya NU membentuk  Gerakan Pemuda Ansor, anak organisasi NU yang khusus mengurusi kepemudaan. Kalau di Muhammadiyah ada Pemuda Muhammadiyah, di NU ada GP. Ansor."
"Jadi aneh banget ketika kemarin GP. Ansor ber-Bathsul Masail sendiri, lalu buat fatwa sendiri."
Ucapan Gus Muzammil tersebut mengacu pada tindakan GP. Ansor yang mengadakan rapat internal menjelang Pilgub DKI Jakarta setahun lalu, kemudian mengeluarkan fatwa: 'Memilih Pemimpin Non Muslim Hukumnya Sah/ Boleh. Karena kelayakan seorang calon pemimpin diukur dari kemampuannya melaksanakan tugas dalam melayani masyarakat.'
Fatwa dari GP. Â Ansor tersebut segera mendapat tanggapan dari KH. Maimoen Zubair, Sarang,