Kembali dia mengirimkan tautan feed IG itu.  Kulirik judulnya dengan ekor mataku  "Yakinkah Tidak Menikah?!". Sebagai teman dekat, harusnya dia yang paling mengerti diriku,  bukannya malah yang paling rajin mengusikku begini. Amarah tiba-tiba menjalar tanpa bisa kubendung lagi.
"Kenapa kamu gatal sekali melihat orang single?" kuketik juga uneg-uneg itu. Terkirim.
Centang biru. 1 menit. 3 menit. 5 menit. tak ada balasan.
Sialan! Bahkan saat amarah meledak begini, dia malah tak membalas ajakanku berdebat! benar-benar teman sialan.
Jadi, kenapa jika tidak menikah?! tidak Ibadah? tidak bahagia? tidak kesepian?Bisa jadi iya, bisa jadi tidak!
kurobek undangan pernikahannya dan kublokir nomor WAnya. Jika dia mengusik prinsipku yang sudah dengan terang kuterangkan kepadanya, maka tak ada alasan lagi untuk berteman.
***
5 tahun sejak pertengkaran kami, aku mendengar dia bercerai. dia menatapku saat kami bertemu di Indomart. Dia berkaca-kaca. dalam air matanya, kubaca jutaan kata penyesalan telah memaksaku menikah dan kini, dia bahkan tak bisa menyelamatkan pernikahannya sendiri.