Mohon tunggu...
Fiter YopiValendra
Fiter YopiValendra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fiter Yopi Mahasiswa Universitas Kanjuruhan Malang

Mahasiswa universitas Kanjuruhan Malang

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Jaranan Merupakan Seni Budaya yang Memiliki Keunikan

11 Juli 2023   19:16 Diperbarui: 12 Juli 2023   21:36 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turonggo Singo Joyo, Kab. Malang | Dok Pribadi

Kesenian jaranan merupakan seni budaya yang di dalamnya ditampilkan gerak-gerik tari. Dimainkan oleh berbagai pemain seperti Pentulan, Celengan, Barongan, dan para pemain Jaranan itu sendiri, selain itu juga terdapat alat musik yang mengiringi pertunjukan Jaranan seperti gamelan, kenong, gendang, dan gong. 

Jaranan terkenal dengan adegan kesurupannya di mana ia melakukan hal-hal yang tidak rasional seperti memakan pecahan kaca, berjalan di atas api dan berbagai tindakan berbahaya lainnya. Pada sebagian masyarakat, jaranan mempunyai persepsi yang lain, yaitu para pelaku jaranan adalah penyembah roh kuda, tetapi sebenarnya simbol kuda sendiri adalah untuk menunjukkan semangat dalam memotivasi hidup (Sri Winarsih, 2010:52).

Dalam jaranan sendiri mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda disetiap daerahnnya, seperti jaranan jatilan yang berasal dari Yogyakarta, Magelang dan sekitarnya yang memiliki ciri khas dengan pelawak yang bertopeng pentul yang menyanyikan lagu humor yang penuh dengan lawakan yang menjurus porno. 

Ada pun jaran kepang yang berasal dari Temanggung, dimana pentas dari jaran kepang selalu dibuat untuk acara penyambutan tamu resmi atau biasanya diadakan ketika upacara. 

Di daerah Jawa Timur ada Jaranan yang berasal dari Kediri, yaitu Jaranan Jowo  yang terkenal dengan kemagisannya, karena para pemain jaranan nantinya akan mengalami trance (kesurupan), yang membuat penonton tertarik dengan acara jaranan adalah adegan berbahaya yang ada didalam pentas jaranan jowo.

Tarian jaranan mengalami tiga tahap tarian. Pertama adalah tahap permulaan yang berupa tarian. Tahap ini menggambarkan kehidupan manusia yang lahir dan mengalami perkembangan kepribadian. Tarian yang serempak dan kostum jaranan yang rapi dan indah merupakan perwakilan dari norma dan aturan yang ada dalam kehidupan manusia. 

Kedua adalah tahap "ndadi" atau kerasukan. Dalam tahap ini digambarkan bahwa manusia mengalami masa kejayaan dan kadang-kadang lupa akan segala hal. Tarian dalam kerasukan sudah tidak serempak dan beraturan, ini menggambarkan manusia yang lupa pada norma dan peraturan serta kehidupan harmonis sosial. 

Semua penari mengikuti kemauan sendiri. Ketiga adalah tahap kesadaran (sadar dari kerasukan). Dalam tahap ini manusia digambarkan sebagai makhluk Tuhan. Semua akan ingat kembali kepada Sang Pencipta. Kesadaran dari kerasukan memberikan arti bahwa manusia sadar akan jati diri dan kembali pada Sang Khalik.

Konon sebelum kuda lumping (jaran) dipergunakan harus diadakan upacara terlebih dahulu. Upacara itu adalah semacam pengisian roh pada kuda lumping. Biasanya kuda-kuda baru tersebut dibawa ke sebuah mata air atau dalam istilah jawa disebut sendang untuk dimandikan dan diberi minum. 

Setelah selesai diberi minum maka dipercaya kuda kepang tersebut sudah berisi roh layaknya makhluk hidup. Upacara memberi minum kuda-kuda kepang ini dikenal dengan upacara "Ngombeke".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun