Mohon tunggu...
m nur firman
m nur firman Mohon Tunggu... Penulis - Interested in Digital marketing, SEO, Content writing.

College student from Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Joker" yang Layak Kita Dapatkan (Short Review) #nospoiler

2 Oktober 2019   17:34 Diperbarui: 8 Oktober 2019   10:42 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Joker telah tiba,setelah keramaian yang dibuat di venice film festival kemarin, Joker tiba di layar lebar,banyak kontroversi yang mengikuti film ini dari media-media di luar sana.Tapi saya tidak akan mencoba membahas itu.

Sulit rasanya membicarakan Joker tanpa mengaitkan dengan pendahulunya seperti Taxi driver dan The king of comedy di mana Joker menjadi cetak biru modern dari kedua film tersebut, ketiganya sama-sama film karakter studi bercerita mengenai seorang laki-laki yang sedikit banyak memiliki penyakit yang sama, mental illness, delusion, narcissistic, and loneliness. Kombinasi dari semua itu jika dilemparkan ke masyarakat kota seperti Gotham maka apa yang mereka dapatkan?

"I'll tell you what you get. You get  what you fucking deserve"

Dan  benar saja kita akhirnya mendapatkan Joker origin yang layak, Joaquin Phoenix sebagai Joker, what can I say? Hes fuckin legend,hes deliver. Nailed it, sebagai badut, stand up comedian gagal, dia menghantarkannya dengan sangat bagus, setiap kali dia jatuh kita merasa kasihan dengannya dan setiap kali dia tertawa maniacly  kita merasa takut dan gak nyaman.

Apakah lebih baik dari Ledger Joker? atau layak kah mendapatkan nominasi di Oscar? Alangkah baiknya kita simpan untuk menjadi perdebatan di lain hari, tetapi untuk pertanyaan yang terakhir sudah pasti tahu jawabannya.

Todd Phillip sang sutradara juga patut diapresiasi di sini, terkenal lewat trilogy The Hangover-nya dia mampu menciptakan cerita yang berani seperti ini, pengambaran Gotham ala-ala New York tahun 60-an juga sangat apik. Benar-benar menciptakan atmosfer yang baru, segar (tidak secara harfiah, sejak banyak sampah di mana-mana) dan sangat berbeda tentunya dengan Gothamnya Nolan.

Tidak seperti film Komedinya film Joker hampir hening  sampai dengan 1/3 film dimulai,tidak ada gelak tawa terdengar di bioskop, malahan terhitung hening dan serius menyaksikan Arthur berlari-larian.

Yah film ini sangat berfokus berat pada si Joker sampai-sampai karakter seperti Sophie Dumond yang diperankan oleh Zazie beeats malahan kurang mendapat porsi yang layak,dan menurut saya itu sangat disayangkan.

Perihal soundtrack  tergambar jelas dari script-nya Joker memang sangat bergantung pada lagu-lagu lawas seperti Send in the clowns, Smile, and Thats life.Ditambah scoring yang menghantui dari sang composer Hildur Guðnadóttir patut diacungi jempol ia juga sempat menulis scoring untuk hit series HBO Chernobyl.

Lepas dari semua itu, Joker merupakan film yang sangat layak untuk ditonton dan saya berharap dampaknya terhadap film buku komik akan masih terasa lama seperti pendahulu-pendahulunya. Saran saya untuk menonton film ini dengan pikiran terbuka dan ingat...

"Smile and put on a happy  face"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun