Mohon tunggu...
Fiska Aprilia
Fiska Aprilia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Persiapan

25 Oktober 2018   23:29 Diperbarui: 25 Oktober 2018   23:32 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sejujurnya di luar ruangan yang dingin di rumah sakit ini Bidan Suci begitu takut. Sudah banyak hal ia temukan di rumah sakit ini sejak masih tinggal di asrama rumah sakit ini sewaktu kuliah. Dulu, belum seramai sekarang, pohon-pohon besar mengelilingi lebat daripada beton-beton tinggi. Pernah ia dibangunkan dengan sesosok perempuan berambut panjang dengan baju putih menjuntai tanpa kaki menunjuknnya sambil melotot. Ia berlarian ke luar ruangan. Setelah diusut ternyata wanita itu serupa dengan foto yang ada di ruangan bayi. Barangkali ia marah dengan Bidan Suci karena tertidur di ruangan bayi, tak menghiraukan bayi yang nangis. Pernah juga ia bertemu dengan suster yang mirip dengan pasien yang di dorong seseorang melewatinya. Pernah ia bertemu sesosok yang kecil di kamar mandi ketika ospek sedang dikurung kakak kelasnya di kamar mandi lantai 5. Makanya Bidan Suci memutuskan ingin menunggu di restoran cepat saji ala western saja yang buka 24 jam. Ia ingin makan burger dan secangkir kopi hangat. Letaknya tepat di depan rumah sakit ini. Namun kakinya sangat pegal. Ia ingin selonjoran dulu. Terlalu lelah ia genap dua hari begadang. Semilir angin menghempaskan rambutnya. Di depannya menjulang taman rumah sakit yang ditengah-tengahnya ada pohon beringin besar. Tiba-tiba ia kedatangan pasien yang baru saja lahiran di dorong ibu mertua pakai kursi roda tepat di sebelah bidan suci. Ibu mertua kembali ke dalam kamar pasien.

"Ada yang dikeluhin Bu?" Bidan suci menegur. Pasien itu melihatnya tersenyum.

"tidak Bu."

 Dari kejauhan terlihat dua orang dokter pria jalan mengangkang melewati taman. Postur tubuhnya tinggi proposional, hidungnya mancung, ganteng sekali. Mereka saling mengobrol ke arah Bidan Suci. Semakin dekat, terlihat wajah keduanya blasteran. Mungkin dari negeri sebrang. Namun semakin mendekat rasa-rasanya semakin aneh. Kakinya berbentuk huruf O dan bergoyang-goyang, mulut mereka ngobrol seperti orang mengunyah makan dengan sangat lahap sehingga seluruh muka ikut bergoyang. Rahang pipinya pucat mengembang.

" Selamat malam, Dok."

Bidan suci menegur tetapi tiba-tiba keduanya menghilang.

Seketika munculah setelah itu sesosok sebesar pohon dengan sekujur tubuhnya dipenuhi rambut lebat ingin menerkamnya dan memasukannya ke dalam goa di atas pohon yang terbuka. Bidan suci berlari cepat. Dari kejauahan pasien itu ia suruh mendekatinya, akan tetapi pasien mengarahkan kursi roda ke ruang bersalin di mana ada bayinya di dalamnya.

"Bu, bangun Bu. Saya tidak terima! Kasus ini bakalan saya perpanjang! Ibu seenak-enaknya ongkang-ongkang kaki di sini! Saya bakalan tuntut ibu! Istri saya meninggal pendarahan tadi pagi! Ibu tau gak! Ibu malah di sini ! Dokter minta tanda tangan Ibu!  Saya dari pagi cari biaya, Ibu di sini gak bertanggung jawab jagain istri saya!  Saya bakalan tuntut Ibu!

 Restoran cepat saji yang belum ada pengunjung pagi itu, diisi oleh kericuhan. Para pelayan melihat ke arah mereka sampai sang suami yang selama ini sabar pergi membanting pintu restoran.

Karya ini murni lahir dari saya, Fiska Aprilia Ibtiyah Arli, sebagai penulis tunggal.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun