Mohon tunggu...
Fisio Yuliana
Fisio Yuliana Mohon Tunggu... Praktisi Fisioterapi

Perkuat literasi dengan membaca! Sebuah Halaman yang membagikan kualitas kesehatan mental, fisik, gerak tubuh, hubungan manusia, dan science. Bacalah 1 artikel setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bagaimana Pengapuran dan Cidera Olahraga pada Lutut dapat Terjadi?

9 Mei 2025   22:26 Diperbarui: 9 Mei 2025   22:26 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: unsplash.com

Tekanan berulang pada tulang rawan akan memicu perlukaan pada permukaannya. Sel kondrosit yang bertugas memperbaiki kerusakan tulang rawan sendi akan mengalami penurunan kemampuannya seiring pertambahan usia seseorang. Namun, beban kompresi dari kebiasaan duduk menatap menambah laju penurunan kerja sel kondrosit. Demikianlah bila luka pada tulang rawan sendi gagal mengalami pemulihan, maka kondisi ini berkembang menjadi osteoarthritis atau pengapuran pada sendi lutut. 

Tulang rawan sendi minim pembuluh darah. Luka yang terjadi akan sulit mengalami perbaikan. Seiring bertambahnya usia, keluhan nyeri dan keterbatasan gerak sendi lutut akan semakin memberat. Mulanya pada masa muda hanya kekakuan yang dirasakan. Pada usia 40 tahun keluhan berkembang menjadi nyeri dan penurunan fungsi lutut untuk beraktivitas seperti berjalan. 

Sendi lutut mudah mengalami cidera pada penggiat olahraga yang banyak gerakan berlari dan melompat. Struktur pasif yang rentan mengalami dampak dari olahraga berlari dan melompat yaitu bantalan sendi dan ligamen. Struktur aktif seperti otot banyak juga dialami para pelari, pemain badminton, dan pebasket.  

Gerak utama yang mendasari cidera struktur lutut yaitu gerakan lutut melompat dengan landing menekuk dan berputar ke dalam atau ke luar. Pada gerakan ini, maka ligamen ACL dan PCL berpotensi mengalami kerobekan. 

Bantalan sendi/ meniskus terdampak pada gerakan yang banyak berlari dan berhenti mendadak kemudian berputar kembali. Hal ini dikenal dengan cidera friksi. Gerakan khas ini biasanya paling banyak pada pemain sepak bola, badminton, dan pebasket. Pemain basket berpotensi lebih banyak mengalami cidera lutut pada seluruh struktur aktif dan pasif. Sedangkan pelari banyak mengalami cidera pada otot paha belakang (hamstring), paha samping (TFL dan ITB band), bantalan sendi lutut (meniskus), dan tendon quadriceps yang menempel tepat di bawah tempurung.

Cidera gerak yang terjadi merupakan mekanisme patomekanik dalam ilmu gerak sendi. Hal lain yang menyumbang potensi terjadinya cidera pada lutut yaitu faktor bawaan instabiliti lutut seperti sendi yang hipermobile (gerak sendi berlebihan karena ligamen yang kendor) dan imbalance (ketidakseimbangan) otot dalam hal stabilitas aktif. 

Penurunan stabilitas aktif otot sebagai imbas dari penyimpangan postur tubuh, aktivitas menetap dan berulang, dan kurangnya penguatan struktur aktif yang mendukung stabilitas postur seperti core muscle (otot inti). Hal ini seperti penjelasan di atas yang menyebabkan motor dysfuntion. 

Motor dysfunction menimbulkan keterbatasan gerak sendi yang umum terjadi pada tulang belakang, sendi bahu, dan lutut. Hal ini karena terjadi penguncian sendi pada posisi menetap lama. Mungkin sering di antara kita yang merasa sangat pegal pada otot-otot punggung tengah, pinggang bawah, dan pundak atas. Namun ternyata pada akhirnya berkembang menjadi cidera kompresi pada persendian anggota gerak. 

Sendi lutut yang seharusnya berperan sebagai stabilitas pergerakan tubuh, menjadi penggerak (mobilitas). Hal ini berdampak besar pada cidera dan pengapuran lutut. 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun