Fisika itu benar-benar pelajaran yang sangat membosankan jika dibawa oleh guru yang sangat serius dan cenderung otoriter, sebagian besar jam diolah dan dipakai guru tersebut untuk berfokus pada dirinya sendiri. Ditambah dengan kisah yang "menggurui" rasanya semakin jauh dari semangat mengajar dan belajar yang bermakna.
Ada juga yang dihabiskan untuk cerita demi cerita, tanpa pernah sampai dengan tujuan mengajar (jangan-jangan mengajarnya tidak direncanakan dengan benar?).
Jika saya diposisikan seperti ini saya lebih condong mengambil gaya seperti pelawak standup comedy yang ternyata makin digandrungi para pelajar. Dengan model seperti ini tidak terasa otoriter dan cenderung cepat menghabiskan isi buku paket seperti menghabiskan isi nasi kotak, sambil juga dibeberkan filosofi menarik dari pelajaran yang tengah dibeberkan. Senang juga melihat para pelajar yang semula tegang dan menebak-nebak apa yang akan diasup pada hari itu. Tapi yah stamina memang harus full, dan harus banyak ngantin. Nah, untuk menyambung isi cerita ala standup comedy, saya harus rajin-rajin menonton dan menyimak pelawak-pelawak konyol dan tampil sekonyol-konyolnya. Sisi yang tidak enak, ada saja siswa yang memang tidak perhatian atau dalam asumsi saya siswa "yang tidak tepat" berucap yang tidak pada tempat, akhirnya target tersebut menjadi sasaran empuk amuk marugol.
Suka duka dengan sebagian besar waktu ceramah berimbas pada stamina, makanya menggunakan model ini di awal-awal teori dasar sebelum siswa ini diterjunkan pada kegiatan kelompok atau melakukan eksperimen dasar.