Mohon tunggu...
Firya Faiza
Firya Faiza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Insan prasaja

Sesosok insan prasaja alias orang medioker. Makanya ia tak menyerah untuk bertarung dengan rasa apatis terhadap segala ilmu yang mungkin akan menghampiri, karena kita, manusia, bukan apa-apa. Oleh sebab itu, hasil terbaik akan datang karena disertai ikhtiar terbaik pula.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Seni Bertanya : Peradaban Dimulai dari Pertanyaan

23 Januari 2021   22:14 Diperbarui: 26 Oktober 2021   23:06 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku sebagai ilustrasi kemajuan peradaban

Apa yang akan dilakukan oleh kita dan kebanyakan orang ketika merasa tertarik dan penasaran akan suatu hal? Kita akan mencari tahu sampai rasa penasaran itu —minimal berkurang—bukan?

Salah satu metode yang paling efektif untuk menjawab semua ketertarikan terhadap sesuatu adalah dengan BERTANYA. Kita ambil sebuah contoh (dalam kasus ini seorang pria):

Kamu tertarik pada seorang gadis rupawan bak bintang iklan krim pemutih wajah yang baru saja kamu lihat saat melewati rumah tetanggamu. Ternyata oh ternyata, si gadis tersebut adalah kerabat dari tetangga sebelah. Disadari atau tidak, otakmu mulai dihujani pertanyaan-pertanyaan dasar; Siapa namanya? Berapa umurnya? Dimana rumahnya?. Saya berani bertaruh, apa yang selanjutnya terjadi denganmmu dan gadis itu dipengaruhi oleh bagaimana caranya kamu mengeksekusi pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di otakmu tadi. Apakah kamu memilih untuk tetap diam dan mengikhlaskan kesempatan mendapatkan hatinya—minimal nomor ponselnya, atau justru bertanya pada tetangga sebelah rumahmu mengenai si gadis rupawan? Pilihan ada di tanganmu.

Contoh di atas adalah satu dari sejuta permasalahan yang berkaitan dengan ketertarikan. Sebab kita manusia—makhluk berspesies primata yang dianugerahi prefrontal korteks, bagian otak yang membedakannya dengan hewan—dianugerahi rasa penasaran demi menjaga eksistensi dan keberadaannya di dunia ini. Bayangkan jika leluhur kita (yang dulu masih hidup nomaden) berikap bodo amat mengonsumsi apapun yang ada di hadapannya tanpa rasa penasaran apalagi curiga, mungkin populasi manusia akan berkurang signifikan karena banyak yang mati keracunan.

Peradaban besar manusia lahir dari keingintahuan dan pertanyaan-pertanyaan yang biasanya dianggap konyol dan sembrono karena bertentangan dengan pemikiran orang banyak. Bayangkan jika Al-Khazini dan Sir Isaac Newton tidak pernah mengajukan pertanyaan "kenapa benda yang dilemparkan ke atas selalu jatuh ke bawah?", mungkin perkembangan ilmu fisika, astronomi dan kosmologi tidak akan se-maju sekarang. Lah gaya gravitasi saja manusia belum tahu?!?!

Nahasnya, kita semua hidup dalam budaya dimana yang menjadi dominasi adalah pemberitahuan (telling) bukan pertanyaan (questioning). Penyebab utama dari masalah tersebut adalah pola otoritarianisme dari lingkungan terkecil sekalipun, membuat pihak yang lemah harus tunduk pada pihak yang dominan. Akibatnya, kreativitas alias daya cipta menjadi mati karena prinsip "siapa yang kuat dia yang benar" tadi.

Sebagai solusinya, jadilah berani dengan pemikiran kritis dan diluar kebiasaan (thinking out of the box). Bila perlu carilah lingkungan yang membuatmu berani untuk mengembangkan dirimu, misalnya di kompasiana, ada banyak orang hebat disini! Pahami betul bagaimana sebenarnya pertanyaan-pertanyaan kecil dapat mengubah dunia dan membangun peradaban. Dengan itu, kita bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membangun.

Sebagai penutup, saya ingin membagikan sebuah quotes dari mantan first lady Amerika Serikat, Eleanor Roosevelt.

"Great minds discuss ideas; average minds discuss events; small minds discuss people" (Eleanor Roosevelt)

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun