Mohon tunggu...
Firman Seponada
Firman Seponada Mohon Tunggu... -

Memegang idealisme itu laksana menggenggam bara api. Tak banyak orang mau melakukannya. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari pelindung telapak agar tak melepuh.....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Syam, Siapa Dia?

16 Februari 2010   15:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:54 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_75729" align="alignleft" width="300" caption="Foto"][/caption] Sungguh, sudah sejak lama saya penasaran kepada Syam, kompasianer bertubuh kurus dengan rambut gondrong. Penasaran karena kemampuannya menulis yang hebat, sementara dia mengaku hanya petani biasa. Menurut saya, bagaimana mungkin petani mampu menulis sebagus itu. Dalam sebuah komentarnya di tulisan saya, Syam mengaku aktif di Walhi, LSM lingkungan hidup yang saya juga bergiat di dalamnya. Pengalaman saya bergaul dengan aktivis lingkungan hidup di Lampung, kawan-kawan boleh dibilang tidak ada yang mampu menulis dengan baik. Mereka umumnya cuma tangkas membuat TOR (term of reference) kegiatan dalam bentuk pointer-pointer. Tidak ada yang mahir menganyam kata seperti Syam. Pilihan diksinya selalu hidup dan bertenaga. Sehingga tulisan Syam menjadi enak dibaca. Dia mampu menulis hal-hal serius dengan ringan dan jenaka. Syam pernah menulis: Setelah dewasa, masih pernahkah Anda menangis? Saya tergolong pemilik “pabrik air mata” yang masih berfungsi baik sampai sekarang. Tidak sering, tapi ada saja. Itu kalimat tulisan penulis kawakan. Bukan petani atau aktivis biasa. Maka, didorong penasaran yang kuat, saya pun mencari tahu siapa Syam dan bagaimana dia menguasai keterampilan menulis seperti itu. Alhamdulillah, berkat Mbah Google dan sejumlah sumber personal, saya mengetahui siapa Syam dan kiprahnya selama ini. Lelaki yang dalam tulisan dan komentar-komentarnya tampak selalu ceria ini bernama lengkap Syamsul Asinar Radjam. Dia kelahiran Prabumulih, Sumatera Selatan, tahun 1977. Masih tergolong muda, belum genap 33 tahun. Tetapi, pada usia semuda itu, berbagai cobaan hidup yang berat pernah dia pikul. Pada 5 Desember 2008, dia harus kehilangan istri tercintanya, Pulung Amoria Kencana alias BuRuli. Demam berdarah dengue (DBD) merebut perempuan yang juga mahir menulis itu dari sisi Syam. Semoga arwah BuRuli mendapat tempat yang layak di sisi Allah. Sementara Syam mampu melihat hikmah dari ujian teramat berat itu. Amin. Kini, Syam hidup menduda. Mengisi hari-harinya Syamsul Asinar Radjam mengurusi kebun organik miliknya di Cijapun, Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dia memang pecinta lingkungan, maka kebun organik yang dia pilih. Bukan perkebunan intensif yang pengelolaannya membutuhkan zat-zat kimia berbahaya. Syam pernah menjadi Sekjen Mulan Komunitas Prabumulih. Ini salah satu LSM yang turut mendesak pemerintah menghentikan pertambangan besar karena merusak lingkungan hidup. Bersentuhan cukup intens dengan dunia aktivis lingkungan sungguh-sungguh mempengaruhi gaya hidupnya. Syam senantiasa berpikir dan bertindak ekologis. Dia pernah menulis bahwa saya dan Ferdi XN adalah dua dari seberoyot kompasianer hjau yang layak dicatat. Saya pribadi menilai, justru Syam kompasianer hijau sejati. Dia sudah ejawantahkan semangat hijau itu, bukan cuma lewat tulisan tetapi juga pada level praksis: menjadi petani organis! Pada bulan Juli 2007, di Blogcatalog, dia menulis data profil: My name is Syam Asinar Radjam, male, 30 years old. I live in Jakarta, Indonesia. I am a writer and freelance journalist. I write comic script, poetries, short-stories, wich some of them published in some local newspaper and Indonesia magazine. Basically I am writing in bahasa Indonesia. Beside being a writer I am also an environment volunteer. Data profil ini, saya kira mampu menjelaskan mengapa Syam mahir menulis. Dunia olahkata itu memang bukan barang baru bagi lelaki berbintang Sagitarius ini. Petani yang senang menulis dan memotret ini, dalam pandangan saya, bukanlah orang biasa. Dia layak menjadi teladan tentang bagaimana mestinya menjalankan prinsip. Kompasiana memang berisi banyak orang hebat. Kita tak boleh meremehkan orang hanya dari secuil data profil yang dia ketik di Kompasiana. Juga tidak boleh terkecoh oleh foto profil yang sederhana. Catatan: Tulisan ini saya buat sebagai apresiasi kepada Saudaraku Syamsul Asinar Radjam. Sekaligus untuk memberi latarbelakang tentang bintang Kopdar TIM Jilid II ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun