Mohon tunggu...
Firman Seponada
Firman Seponada Mohon Tunggu...

Memegang idealisme itu laksana menggenggam bara api. Tak banyak orang mau melakukannya. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari pelindung telapak agar tak melepuh.....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hutan Monyet Lembah Sarijo

24 April 2010   17:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:36 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_126074" align="alignleft" width="300" caption="Monyet sedang makan di pohon aren. (Dok: Ikhwan Wijaya/Lampung TV)"][/caption] Bandarlampung masih menyisakan sedikit ruang publik. Salah satunya Hutan Monyet Lembah Sarijo. Di sini warga Kota Tapis Berseri bisa berekreasi gratis sambil melihat tingkah polah lucu monyet ekor panjang. Di kawasan seluas sekitar 10 hektare ini hidup ratusan primata yang bernama latin  Macaca Fascicularis itu. Mereka hidup di hutan berdampingan dengan permukiman warga dan Hotel Hartono. Areal konservasi primata dan resapan air ini berada di perbatasan Kelurahan Sumurbatu dan Pahoman, Telukbetung Utara. Banyak orang menyebutnya Hutan Monyet Lembah Sarijo. Sebab, ia berada di wilayah yang biasa disebut Sarijo. Hutan ini merupakan daerah resapan air. Tidak sulit mencapai hutan monyet ini. Lokasinya di tengah Kota Bandarlampung dan bisa dicapai melalui 2 jalur. Pertama, lewat Jalan Cipto Mangunkusumo dan tembus ke Jalan Juanda. Daerah ini dikenal dengan nama Tirtosari. Sedangkan jalur lainnya melalui Jalan Dr. Susilo masuk ke Jalan Kesehatan. Persis lewat depan Kantor Dinas Kesehatan Lampung. [caption id="attachment_126076" align="alignright" width="300" caption="Memberi makan si jenaka. (Dok: Ikhwan Wijaya/Lampung TV)"][/caption] Monyet di sini tampak jinak dan tidak takut kepada manusia. Sehingga, pengunjung bisa dengan bebas memberi pisang kepada satwa yang dikenal jenaka ini. Sekitar 250 ekor monyet ekor panjang hidup di kawasan ini. Setiap pagi dan sore mereka keluar dari gua dan menuruni Lembah Sarijo untuk mencari makanan di dekat rumah warga. Untuk mempertahankan hidupnya, hewan-hewan ini memakan buah dan pucuk daun muda yang tumbuh di hutan itu. Tetapi, mereka juga mengandalkan makanan pemberian warga yang tinggal di sekitar hutan. Sebab, pakan alami di habitat mereka memang kurang. Banyak juga warga yang sengaja datang untuk melihat hewan ini dan membawa makanan seperti pisang, roti, dan kacang. Sebagai satwa liar, monyet-monyet itu sering mengganggu warga. Misalnya, mandi-mandi di bak air warga. Tetapi warga tidak marah. Selain tahu satwa itu dilindungi, mereka juga senang mendapat hiburan gratis melihat kehidupan kawanan monyet liar. [caption id="attachment_126078" align="alignleft" width="300" caption="Santai di daun aren. (Dok: Ikhwan Wijaya/Lampung TV)"][/caption] Yudian Jatra, Ketua RT 4 Lingkungan 2 Kelurahan Pahoman, menuturkan warungnya pernah dibobol kawanan monyet bandel itu. Makanan anak-anak dan telur yang dia jual, digondol hewan yang anatominya mirip manusia itu. Pemerintah Kota Bandarlampung menetapkan hutan itu sebagai kawasan konservasi. Setiap orang dilarang menebang pohon dan mengambil satwa yang ada di situ. Lahan di sekitar situ hanya boleh dibangun 40 persen, sisanya wajib dibiarkan sebagai ruang terbuka hijau. Namun, perhatian Pemerintah Kota kurang sekali terhadap pelestarian objek wisata ekologi itu. Sampai saat ini, tidak ada pemeliharaan dan pengembangan kawasan yang sesungguhnya potensial itu. Padahal, gagasan menjadikan taman monyet sebagai wisata unggulan sudah muncul sejak 12 tahun lalu. Meski fasilitas penunjang belum memadai, animo warga berkunjung ke hutan monyet ini cukup besar. Setiap pagi dan sore, ada saja orang yang datang ke sini. Monyet ekor panjang merupakan daya tarik utama. Tingkah lucu monyet-monyet di sini memang cukup menghibur. [caption id="attachment_126079" align="alignright" width="300" caption="Pengunjung bawa pisang. (Dok: Ikhwan Wijaya/Lampung TV)"][/caption] Warga berharap, pemerintah dan instansi terkait menempatkan petugas untuk memantau kelangsungan hidup satwa ini. Sebab, mereka tak sanggup terus menerus memberi makanan untuk monyet yang jumlahnya diperkirakan terus bertambah itu. Warga Sumurbatu dan Pahoman bersedia memberi makan monyet-monyet itu. Tetapi, Pemda Kota mesti menyuplai dana rutin untuk membeli pisang. Menelantarkan Hutan Monyet Lembah Sarijo memang kerugian besar bagi Kota Bandarlampung. Sebab, kawasan ini memang sungguh-sungguh potensial dikembangkan menjadi objek wisata ekologi. Monyet ekor panjang mesti dibiarkan terus berkembang supaya menjalankan fungsi ekologinya. Yakni, sebagai penyemai biji tanaman buah yang penting bagi konservasi jenis tumbuhan di habitatnya. Kecuali itu, monyet, sebagai pemangsa serangga, juga bisa berperan sebagai pengendali satwa berkaki enam yang sering menjadi sumber penyakit itu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun