Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Blusukan Dulu, Baru Ngomong Soal PSSI!

3 Juni 2015   10:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:23 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_386796" align="aligncenter" width="450" caption="Perih memandang tim Thailand yang jawara SEA Games 2013. (Sumber foto tribunnews.com)"][/caption] Komentar dan pernyataan soal PSSI nyaring bunyinya. Dari warung nasi hingga kantor bupati. Dari bengkel besi, hingga televisi. Narasumber di TV, orang berdasi, orang-orang awam, budayawan, pengurus sepakbola yang ujug-ujug muncul, hingga presenter/anchor televisi yang kenal sepakbola saja mungkin baru kemarin sore, mendadak seolah-olah pintar dan tahu benar sehingga merasa pantas berkoar. Ada banyak fakta yang pasti tidak mereka tahu sebab mereka hanya membaca dan mendengar saja. Fakta-fakta yang bertahun-tahun ada di negeri ini dan wajib menjadi dasar sebelum berkomentar atas dorongan misi perusahaan televisi di mana mereka bekerja, dan tidak gegabah dan sempit pikiran dengan "meminjam" kekalahan Indonesia 2-4 dari Myanmar dalam kancah SEA Games guna 'memukul' satu pihak (baca: Menpora), seperti dilakukan tvOne pagi tadi. Inilah fakta-fakta tersebut, yang saya ajukan dalam bentuk pertanyaan agar mereka yang merasa tahu menjadi tahu:

#Apakah Anda pernah blusukan ke lapangan-lapangan becek (dan banjir) tempat pertandingan Divisi Utama maupun ISL digelar, padahal katanya stadion sudah lolos verifikasi? #Apakah Anda pernah datang ke turnamen-turnamen kelompok umur, baik yang direkomendasikan oleh PSSI daerah/pusat, atau tidak direkomendasi lantaran panitia tidak menyediakan syarat berupa uang, yang bertanding di sebuah lapangan berlumpur, dalam sehari sebuah tim bertanding empat kali dalam dua hari berturut-turut, yang visi-misi turnamen tersebut "untuk mencari bibit pemain nasional"? #Apakah Anda pernah menyaksikan pemain-pemain kecil dicekoki cairan dari dukun untuk mengejar kemenangan? #Apakah Anda pernah melihat ayah seorang pemain mengaku ditodong panitia sebuah seleksi pemain kelompok umur dengan angka hingga puluhan juta agar anaknya lolos? #Apakah Anda pernah blusukan ke SSB-SSB di seantero negeri yang terdapat banyak oknum pelatih meminta uang kepada orangtua pemain agar si pemain menjadi pemain inti? #Apakah Anda pernah terkurung dalam bentrok suporter dan melihat banyak orang bersimbah darah, batok kepalanya pecah, atau meninggal dan Anda turut menjagai suporter tadi di ruang ICU sebuah rumah sakit? Apakah Anda pernah melayat suporter yang tewas di tengah jerit tangis keluarganya? Apakah Anda pernah membezuk suporter yang dipenjara lantaran menusuk suporter tim lain? [caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Youtube.com"]
Youtube.com
Youtube.com
[/caption] #Apakah Anda pernah melihat rumah oknum-oknum wasit yang mewah, yang hidupnya sangat mapan dan tidak masuk akal untuk ukuran wasit-wasit idealis? #Apakah Anda pernah mendengar seorang (atau beberapa orang) wasit mengaku memihak tim tertentu dengan imbalan jutaan uang, dan dengan bangganya dia menceritakan praktik dan akal bulusnya menyukseskan kecurangan tersebut? #Pernahkah Anda mendengar tentang banyaknya pemain sepakbola yang tidak mengaku kepada istrinya berapa sesungguhnya gaji yang mereka terima dari klub? Pernahkah Anda mendengar banyak pemain dikemplang oleh klub dengan cara me-mark up gaji demi mengincar keuntungan dari dana besar yang mereka peroleh dari APBD? #Pernahkah Anda mendengar wasit dikeroyok pemain, kemudian dipukuli dan diinjak-injak? Pernahkah pula Anda melihat dengan mata kepala sendiri seorang wasit dihajar di kamar ganti oleh ofisial sebuah tim, dipepet meja ke arah tembok yang didorong dengan kasar ke tubuhnya oleh ofisial tadi, dan dipukuli? #Pernahkah Anda mendengar dan melihat pemain asing dimanfaatkan oleh pengurus klub untuk berkampanye Pemilu? #Pernahkan Anda mendengar pemain asing meninggal dunia lantaran gajinya tertunda selama berbulan-bulan? Pernahkah Anda membaca kabar tentang pemain asing yang jualan es jus di Solo karena tak punya uang? Pernahkah pula Anda mendengar bahwa curriculum vitae (CV) pemain-pemain asing dipalsukan agen (seolah-olah mereka pemain nasional di negara asal) agar pemain-pemain ini bernilai jual tinggi, dan PSSI sesungguhnya mengetahui fakta ini? #Oiya, Anda pernah membaca keringanan hukuman terhadap pemain maupun ofisial oleh Komdis (Komisi Disiplin) maupun Komding (Komisi Banding) PSSI setelah terjadi bargaining? #Pernahkah pula Anda mendengar soal suap terhadap klub-klub anggoat dalam Musyawarah Cabang (Muscab) PSSI sebuah kota/kabupaten agar seseorang terpilih menjadi Ketua PSSI Kota/Kabupaten? #Pernahkah Anda mendengar adanya keterlambatan honor wasit di sebuah kota yang jumlahnya belasan juta sesudah sebuah kompetisi lokal digelar, padahal honor tersebut amat penting sebagai THR menjelang Lebaran? Padahal pula, kemungkinan dana dari APBD lewat KONI sudah dikucurkan. #Masih banyak lagi fakta untuk sebuah alasan PSSI harus dibangun dari nol lagi sebab seluruh aspek persepakbolaan di negeri ini hingga ke wasit-wasit tarkam di bawah kendali PSSI.

Sebelum ngomong, Anda harus blusukan. Bukan blusukan 2-3 hari saja tapi bertahun-tahun lamanya. Selama bertahun-tahun itu kita hanya menjadi bagian kecil mungil di blantika sepakbola dunia, tanpa prestasi, tanpa gengsi. Malu kita sebagai negara berpenduduk ratusan juta yang bikin tim beranggotakan 11 pemain inti dan 7 cadangannya saja tak bisa. Lebih malu lagi bila ada yang seakan-akan pintar, kemudian berkomentar. Nyinyir pula komentarnya dan omong kosong belaka. Saya menjadi wartawan olahraga, khususnya sepakbola, sejak 1992. Selama itu saya menjadi bagian di setiap item yang saya ungkap di atas hingga ke bau-bau alkohol, muntahan dan darah suporter; dan menjadi saksi hidup dalam kongkalikong dunia sepakbola Indonesia. Selama itu pula hidup saya perih menyaksikan persepakbolaan kita yang sungguh sangat kotor. Satu lagi, dua anak saya pemain sepakbola, sehingga wajar saya tahu bobroknya pembinaan sepakbola usia dini. Padahal, katanya, pembinaan pemain usia dini bermuara ke tim nasional! Jadi, wajar timnas kita untuk passing maupun kontrol bola saja tidak lebih jago ketimbang pemain-pemain Myanmar, lha wong melatih teknik dasar di tingkat SSB saja tidak benar. Kalah dari Myanmar 2-4 dibilang karena para pemain dibuat kalut oleh pembekuan PSSI. Maaf, saya tidak memercayai itu ... -Arief Firhanusa-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun