Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bung Karno Dilecehkan Sinetron Klenik

29 Mei 2015   14:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:29 1336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi sebagian Anda, kasus ini mungkin biasa saja. Tapi, bagi saya, atau bagi sebagian besar kita yang menghormati Proklamator Bangsa, perkara ini bukan sepele.

Jam 12 siang kemarin, saya iseng nonton sinetron kebanggaan Trans TV, "Bioskop Premiere". Serial "Toko Kr Amat" memang pantas diacungi jempol dari mutu gambar dan pencahayaan. Galibnya, sinetron di TV kita selalu terang benderang. Tapi sinetron-sinetron garapan Trans Corp memanjakan mata dan menabrak kemapanan tata cahaya perfilman TV negeri ini yang over light.

Judul sinetron kemarin Toko Kr Amat (diasumsikan Toko Keramat): Gendang Sakti Terkutuk. Lumayan untuk menemani makan siang di tengah penat pekerjaan. Bintang filmnya juga ayu-ayu dan ganteng-ganteng. Sebut saja Wafda Saifan (brewok, biasanya aktor ini klimis), kemudian ada Torro Margens dan Sonya Fatmala yang cantik.

Namun pemandangan menjadi terganggu ketika adegan digarap di kamar Yanto (diperankan Wafda Saifan). Dalam beberapa scene di kamar sederhana ini tampak foto Bung Karno melintas-lintas. Lebih sepuluh kali presiden pertama RI ini 'menemani' Yanto kala melakukan ritual pesugihan bersama gendang saktinya. Bung Karno seolah menemani Yanto ketika gendang mengeluarkan asap biru, penari topeng Bali, dan ketika Yanto menari-nari kesurupan. Saya sungguh terkejut.

Ini sebagian adegan yang saya foto menggunakan ponsel dengan sangat tergesa-gesa sebab ada pola cut to cut yang cepat di bagian editing:

14328818601214328135
14328818601214328135
14328819051740950271
14328819051740950271
Sebuah adegan ritual yang tak bisa dicegah. Tanpa scene itu film TV Gendang Sakti Terkutuk ini hampa belaka. Pengadeganannya juga tidak lebay untuk ukuran film horor/misteri Indonesia yang rata-rata dangkal. Sungguh, saya memakluminya.

Yang tidak bisa dimaklumi adalah sikap sutradara dan bagian properti yang membiarkan foto Bung Karno ada di situ. Foto di dinding yang mestinya bisa diganti foto apapun, tanpa melibatkan tokoh besar bangsa ini, Sang Proklamator pula.

Apa yang salah? Tentu saja siapapun kemudian menafsirkan bahwa pemilik kamar tersebut, yakni Yanto sang pengamen gendang, mengagumi Bung Karno. Secara ekstrem mungkin orang menafsirkan Yanto ini pengagum berat Soekarno, lengkap mengikuti ajaran kenegaraan yang gagah berani menentang prahara hidup, kokoh, dan tak mudah menyerah.

Nah, Yanto ini orang yang mudah menyerah. Gara-gara miskin, rumah mengontrak, pemilik rumah mengejar-ngejar uang kontrak, tak mampu membayar uang kuliah Ika, adiknya (diperankan Sonya Fatmala), dan tak mampu meluluhkan hati Yuni (diperankan Winda Kahir) gara-gara miskin, maka dia kemudian mencari pesugihan. Mungkin dia tidak sengaja mencari pesugihan melainkan tersedot aura jahat Amat Subardjo (diperankan Torro Margens), tetapi esensi dari sinetron ini adalah "lemahnya mental Yanto yang tak mau mencari pekerjaan normal selain menjadi pengamen". Apakah se-"letoy" itu Bung Karno menularkan mental bajanya? Tidak!

Saya tidak paham mengapa foto Bung Karno tetap dipasang, di kamar Yanto yang penuh aura iblis pula. Saya berindikasi ini disengaja untuk membuat atmosfer bumi, membuat kesan keaslian kamar. Bisa saja poster itu sudah ada sebelum kru film Trans TV menyewanya, sehingga kemungkinan besar krunya mempertahankan ujud sesungguh-sungguhnya kondisi di sana.

Tapi mereka lupa, menyertakan foto tokoh besar negeri ini dalam adegan-adegan klenik yang menyesatkan, dampaknya akan luar biasa sebab bisa menciptakan pemahaman yang salah pada generasi muda perihal warisan mental Bung Karno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun