Sebagaimana kita ketahui, pendekatan pembelajaran yang diusulkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti di Era Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto ialah Deep Learning. Deep Learning atau "Pembelajaran Mendalam" muncul karena peserta didik jaman sekarang sedang menghadapi dunia yang lebih menantang dan tidak ada lagi pengetahuan yang hanya berdasarkan dengan teori. Perubahan ini tentunya membutuhkan skill yang memuat enterpreneurship, kreativitas dan keterampilan memecahkan masalah. Sehingga para pakar telah mengidentifikasi enam (6) kompetensi global yang diperlukan peserta didik. Singkatnya, pendekatan deep learning ini merupakan proses memeroleh enam (6) kompetensi global yaitu 6C: Character, Citizenship, Collaboration, Communication, Creativity and Critical Thinking. Enam kompetensi ini memuat kasih sayang, empati,sosial emosional, kewirausahaan dan keterampilan yang bermanfaat di masa depan.
Karakteristik pembelajaran yang menggunakan Deep Learning:
1. Siswa bertanya. Siswa memiliki kemampuan untuk bertanya dan tidak serta merta menunggu jawaban dari guru. Hal ini mengasah critical thinking siswa.
2. "question valued above answer". Pertanyaan yang lebih bermakna dan berbobot. Proses belajar, menemukan (discovery), dan menyampaikan (convey), merupakan hal yang penting di akhir pembelajaran.
3. Model pembelajaran yang bervariasi.
4. Belajar dengan menghubungkan dunia nyata.
5. Kolaborasi.
6. Asesmen pembelajarannya bersifat otentik dan terbuka.
Lalu bagaimana penerapan Deep Learning pada PAUD?
Deep Learning berkaitan dengan meaningful, joyful dan mindful. Lalu bagaimana penerapannya dalam pendidikan anak usia dini atau Lembaga AUD? Padahal, dalam pembelajaran AUD sudah menerapkan mindful, meaningful dan joyful.
Deep learning melibatkan pemerolehan pengetahuan dan keterampilan yang dapat dipertahankan dan diterapkan dalam berbagai situasi. Hal ini menekankan pada pemahaman dan perolehan jangka panjang. Banyak yang berfikir bahwa mengajar anak usia itu “sangat gampang”. Hanya dengan bernyanyi maupun tepuk tangan, padahal pada usia dini terdapat masa "golden age” yang merupakan fondasi dasar dalam kehidupan.