Mohon tunggu...
Firda Safridi
Firda Safridi Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang akan menjadi luar biasa pada waktunya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Orang Perbatasan

4 November 2012   09:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:59 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Salam UG

Warga Negaraku dipertanyakan?

Tanah surga , katanya. Hanya sebuah cerita kecil di Desa Mungguk Gelombang, Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, Kalbar. Sebuah kabupaten yang berbatasan langsung dengan negara sebelah Malaysia. Disana memakai 2 mata uang Rupiah dan Ringgit. Dengan alam yang indah sebuah danau kecil dan perahu kecil (jukung) menjadi alat transportasi mencari duit dengan menjual hasil tanahku Indonesia.

Masyarakat Mungguk kebanyakan bekerja sebagai petani dan perkebunan. Hasil tanah mereka cukup subur. Tapi sayangnya mereka menjual kebanyakan hasil tanahnya ke negeri sebelah Malaysia. Itu disebabkan karena posisi yang jauh untuk mencapai kota terdekat dan juga jalan yang rusak.

Dengan keterbatasan mereka itulah yang menyebabkan disini menggunakan 2 mata uang yaitu Rupiah dan Ringgit. Sungguh miris di Desa kecil ini. Pembangunan infrastruktur yang kurang, kesejahteraan yang dipertanyakan, air bersihpun di berikan oleh negara tetangga. Sungguh manusiawi jika sebagian dari mereka berpindah kewarganegaraan menjadi Malaysia. Puisiku untukmu saudaraku.

MENCOBA BERTAHAN

Firda Safridi

Aku mencintaimu dengan sederhana

Seperti kata,

Seperti hujan yang tak sempat menyampaikan kata kepada awan

Seperti kayu yang tak sempat menyampaikan kata bara kepada api

Aku tak sempat berkata jadinya.

Aku mencintaimu dengan luar biasa

Dengan sabar menunggu utusanmu pemimpinku

Utusan yang memberikan kabar baik

Janjiku kepada anakku untuk memberikan sekolah yang layak

Kusplus bilang tanah kita tanah surga

Ku tebar benih padiku

Kulepas jaring ikanku

Ikan dan udang menghampiri diriku

Disiniku bertahan masih dengan corak bendaraku

Merah darahku, Putih tulangku

Mencoba bertahan dalam krisis air bersih ini

Dengan kehidupan miskinku ini


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun