Mohon tunggu...
Yolanda Firda Sari
Yolanda Firda Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Suka banget nonton Drakor, apa lagi yang berhubungan sama K-Pop. Paling ampuh buat ngilangin stres dan bikin hari makin seru

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Gen Z dan Dunia Instan: Nyaman atau Terjebak?

25 Juni 2025   13:57 Diperbarui: 25 Juni 2025   13:57 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Siapa sih yang sekarang nggak suka segala sesuatu yang serba cepat? Dari makanan, belanja, sampai urusan cinta, semuanya bisa instan. Pesan makanan tinggal klik, nonton film nggak perlu nunggu tayang di bioskop, bahkan cari pasangan cukup swipe kanan. Di tengah dunia serba cepat ini, hadir satu generasi yang tumbuh dan berkembang bersama teknologi: Gen Z.

Gen Z itu generasi yang lahir antara akhir 90-an sampai awal 2010-an. Mereka lagi aktif-aktifnya sekarang ada yang jadi mahasiswa, ada yang kerja kantoran, ada juga yang sibuk bikin konten. Karena sejak kecil sudah akrab dengan internet dan media sosial, wajar kalau gaya hidup mereka terbentuk dari budaya digital yang praktis dan serba instan.

Tapi pertanyaannya: apakah semua yang instan itu benar-benar bikin hidup lebih baik? Atau justru bikin kita terjebak dalam kenyamanan semu?

Banyak orang menilai Gen Z itu pemalas. Padahal nggak sepenuhnya benar. Mereka justru cenderung cari cara yang lebih cepat dan efisien. Misalnya, belajar dari video singkat di TikTok daripada harus baca buku tebal. Atau kerja sambil dengerin podcast pengembangan diri supaya tetap produktif.

Namun, di balik kepraktisan itu, ada tantangan. Informasi yang dikonsumsi cepat datang, tapi cepat juga hilang. Karena terlalu banyak yang diproses dalam waktu singkat, sering kali hanya nempel di permukaan. Otak kita jadi kayak dikejar-kejar terus buat multitasking, padahal nggak semua hal harus diselesaikan sekaligus.

Urusan cinta pun ikut-ikutan jadi serba kilat. Mulai dari PDKT lewat DM, lanjut voice call tiap malam, eh... seminggu kemudian malah hilang tanpa kabar alias ghosting. Nggak heran banyak dari Gen Z yang bingung, bahkan lelah sendiri dengan hubungan yang berubah-ubah secepat itu.

Kita jadi terbiasa dengan hubungan yang serba instan, padahal kenyataannya hubungan yang sehat butuh waktu buat tumbuh. Bukan sekadar emoji lucu atau story bareng yang bisa bikin ikatan jadi kuat. Kalau semuanya terburu-buru, kita bisa terjebak dalam hubungan yang keliatannya nyaman, tapi sebenarnya rapuh.

Lalu soal pencapaian, ini juga nggak kalah menarik. Banyak Gen Z yang udah punya usaha sendiri, followers ribuan, bahkan rumah sebelum usia 25. Keren? Banget. Tapi di sisi lain, ini juga bisa bikin tekanan. Saat kita scroll media sosial dan lihat teman seumuran udah sukses, sering muncul perasaan "kok gue masih di sini-sini aja?"

Budaya instan kadang bikin kita merasa harus berhasil secepat mungkin. Padahal nggak semua orang punya start yang sama, dan jalan sukses tiap orang itu beda. Kita bisa saja terjebak dalam perlombaan yang nggak jelas arahnya, hanya karena merasa tertinggal.

Tekanan ini bisa berdampak ke mental. Banyak Gen Z yang mulai ngerasa cemas, overthinking, bahkan depresi. Bukan karena mereka lemah, tapi karena standar hidup sekarang berubah drastis. Bandingkan aja, dulu orang cuma ngebandingin hidupnya sama tetangga sebelah. Sekarang? Satu klik bisa lihat kehidupan orang se-Indonesia bahkan se-dunia.

Makanya, penting banget buat sesekali berhenti. Tarik napas. Pelan-pelan aja. Nggak semua harus dikejar cepat-cepat. Kadang, berhenti sejenak itu bukan berarti menyerah, tapi justru bentuk keberanian untuk jaga diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun