"Eh, maaf buburnya tumpah," kata Rizki memohon maaf pada Viana kekasihnya.
"Tidakkah kau bisa menjaga pemberianku lebih berhati-hati. Aku membuat bubur itu dari sebuah ketulusan agar kau dapat bekerja malam ini dengan maksimal," jawab Viana kesal.
"Maafkan aku, aku sudah berusaha agar dalam perjalanan, bubur tak jatuh. Namun nahas. Aku sangat menghargai pemberianmu sayang," jelas Rizki.
Seperti biasa Viana menunjukkan kekesalannya meski hanya sebuah masalah kecil. Masalah yang kerap dibesar-besarkan. Rizki pulang tanpa mendapatkan lagi bubur durian pengganti buatan Viana.
Mengendarai sepedamotor, Rizki menyesali kejadian itu. Bagaimana dengan bodohnya bubur bisa terjatuh.
Gelapnya malam menyilaukan mata saat lampu-lampu kendaraan di jalan menjadi penerang. Rizki masih tak percaya Viana marah pada tragedi tumpah bubur pemberiannya.
Hati Rizki bertanya-tanya tentang sulitnya dia memahami perasaan perempuan. Baginya itu hanyalah masalah kecil. Membuatnya berkendara dalam lamunan.
Lamunannya yang semakin dalam dan terus mendalam, hingga sebuah truk tak dapat dihindarinya di depan mata. Dia tewas meninggalkan penyesalan Viana seumur hidup.
Sei Rampah 26/1/2018