Mohon tunggu...
finiez habeahan
finiez habeahan Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah cara sederhana untuk berbagi

Nemo dat Quot Non Habet

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ini Janji Setiaku

22 Mei 2024   12:49 Diperbarui: 22 Mei 2024   12:51 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Janji adalah utang"

Sepenggal kata diatas kerap memenuhi isi kepalaku selama saya mempersiapkan diri untuk mengikrarkan janji setiaku. Janji yang hendak kuikrarkan bukanlah sembarang janji. Saya memutuskan untuk menghidupi janji ini karena saya yakin saya mampu, saya tahu dan saya sadar. Kurang lebih tiga bulan saya bermenung sekaligus berefleksi untuk mengambil keputusan ini.

11 Mei 2024 adalah hari yang berahmat bagi saya dimana saya mengikrarkan janji setia saya untuk seumur hidup. Pengikraran janji setia itu dihadiri oleh para imam, suster, bruder dan frater beserta bapak ibu dan sahabat-sahabat saya. Dalam momen itu hadir juga orang tua saya dan saudara-saudari saya untuk menyaksikan momen paing mengharukan itu. Sebelum detik pengikraran janji setia itu saya mohon doa restu kepada ayah dan ibu saya. seperti biasanya pemberian doa restu itu dibarengi dengan doa dan derai air mata. Namun saya yakin derai air mata itu bukanlah ungkapan kesedihan melainkan ungapan bahagia dan rasa haru atas berkat Tuhan yang saya terima.

Setelah doa restu saya pun membacakan janji setia itu dengan lantang dan penuh syukur. Isi janji itu diantaranya adalah saya berjanji untuk tetap hidup sebagai perawan, hidup dalam kemiskinan dan hidup dalam ketaatan. Ketiga janji ini sering disebut dengan istilah lain yakni kaul. Sebagai seorang biarawati istilah ini tidak asing lagi ditelinga juga sudah menjadi kewajiban untuk menghidupinya. 

Setelah sepekan mengikrarkan janji setia itu saya mencoba mereview kembali pengalaman, apa yang sudah kulakukan dengan janji itu ? Dalam refleksi dan permenungan saya menuliskan demikian, Karena janji ini saya dimampukan menjadi pribadi yang murah hati, rendah hati dan hati-hati. Berikut penjelasannya :


Murah Hati

Bagi saya menjadi pribadi yang murah hati adalah sebuah kerinduan yang terdalam. Saya menyadari bahwa segala sesuatu yang kumiliki berasal dari Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma dan tidak menuntut balasan. Kesadaran ini menyemangati saya untuk memberi selagi mampu. Sejauh ini saya sudah berjuang untuk melakukannya misalnya menolong orang lain, memberi tanpa menuntut balas, juga mendengarkan mereka yang butuh didengar, selain itu juga saya mengasah kepedulian dan kepekaan dalam diri saya agar saya mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Kemampuan ini akan mnjadikan saya sebagai pribadi yang tidak banyak menuntut, menjadi pribadi yang humble dan care terhadap semua orang.

Rendah Hati

Sikap rendah hati adalah salah satu hal yang tidak gapang dilakukan. Namun, bagi saya sikap ini mesti saya pupuk dan pelihara. Entah apapun jabatan dan pangkat saya, saya wajib bersikap sebagai hamba yang taat dan tugas saya adalah untuk melayani. Menjadi seorang hamba tentu saya harus mampu mengaahkan diri, mengalahkan ego dan patuh terhadap segala rambu-rambu yang ada dihadapan saya. Sikap rendah hati tentu saya perlihatkan lewat kehadiran serta kesaksian saya setiap hari baik dalam kebersamaan di komunitas maupun di unit pekerjaan saya. Contoh-contoh kongkrit yang saya lakukan terkait sikap rendah hati ini adalah keberanian untuk memaafkan dan minta maaf. Meminta maaf adalah hal yang tidak mudah dilakukan tapi harus dilakukan demi kebaikan bersama, berani mengakui kesalahan adalah suatu anugerah dalam hidup. Keberanian ini tentu mengantar saya pada sebuah refleksi bahwa saya ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan orang lain. Selain itu keberanian untuk meminta tolong kepada sesama. 

Sebagai mahluk sosial tentu saya membutuhkan orang lain untuk mendukung kehidupan saya. Sekalipun saya orang yang mandiri namun saya tetap membutuhkan uluran tangan mereka. Keberanian ini juga membantu saya menjadi pribadi yang mampu untuk menghargai, menyayangi dan menghormati sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun