Beberapa waktu yang lalu, saya diberi kesempatan untuk mengunjungi Mamuju, ibukota Sulawesi Barat. Saya berangkat bersama keluarga besar. Jangan bayangkan kota ini akan sebesar Makassar. Mamuju bisa dibilang masih baru, jadi fasilitas yang disediakan belum terlalu banyak. Untuk menuju ke sanapun, pilihannya hanya dengan bus selama semalam atau pesawat baling-baling dari Makassar. Dari bandara menuju kota membutuhkan waktu satu jam dengan jalan yang berkelok-kelok dan bisa membuat mual.
Dari beberapa spot wisata di Mamuju, saya tertarik dengan pantai Manakarra. Pantai ini beda dengan pantai pada umumnya, karena hanya berupa jalan dan laut yang dibatasi landmark. Tidak ada area berpasir seperti pantai yang lainnya. Bagi saya, area landmark itu hampir mirip seperti di alun-alun. Selama tiga hari singgah di Mamuju, saya dua kali mengunjungi pantai Manakarra. Sekali di sore jelang maghrib, sekali di Minggu pagi. Kala itu, saya tiba di pantai Manakarra beberapa menit jelang adzan maghrib. Matahari sudah tenggelam, tapi langit masih menyisakan warnanya. Campuran antara warna biru, abu-abu, oranye, dan jingga bercampur satu. Sesaat, saya merasa speechless. Saya segera mengabadikan momen indah itu sebelum hilang. Hasilnya memang tidak sebagus jika difoto oleh fotografer profesional, tapi cukup untuk menggambarkan sedikit keindahannya.