Mohon tunggu...
Nuha Mufinna
Nuha Mufinna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Saya merupakan mahasiswa yang memiliki ketertarikan pada kesehatan mental

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Abaikan Konten Negatif di Sosial Media

4 Juli 2022   23:00 Diperbarui: 4 Juli 2022   23:17 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada zaman modern saat ini internet menjadi sarana utama media komunikasi yang sangat diminati oleh masyarakat luas. Perkembangan ini membuat masyarakat memiliki banyak pilihan untuk dapat mengakses informasi apapun baik itu melalui media cetak maupun media elektronik yang semakin modern dan serba digital. Seperti yang kita rasakan setelah media internet dapat diakses melalui Smartphone masyarakat menjadi lebih leluasa dalam mengakses apapun seperti email, chatting, browsing dan juga media sosial hanya dengan sentuhan layar.

Seiring berkembangnya zaman semakin banyak bermunculan media sosial yang juga menjadi media hiburan masyarakat seperti Facebook, instagram, twitter, tiktok, dll. Semua media sosial tersebut memiliki fitur-fitur unik dengan kelebihan dan fungsinya masing-masing. Setiap orang bebas membagikan apapun berupa foto, video, tulisan, dll sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selain untuk hiburan semata, media sosial ini juga bisa menjadi ladang untuk mencari atau menghasilkan uang. Ketika seseorang memiliki akun dengan jumlah pengikut yang banyak maka ia bisa dengan mudah membuka layanan jasa berupa endorse dimana ia akan mempromosikan sebuah brand kepada para pengikutnya, ia akan dibayar baik dengan uang maupun produk dan bisa keduanya.

Masyarakat menilai bahwa media sosial adalah tempat untuk mendapatkan penghasilan dengan instan karena hanya bermodalkan jumlah pengikut yang banyak maka brand-brand akan menawarkan produknya untuk kita promosikan. Karena hal ini, banyak masyarakat dari semua kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa ingin menjadi konten kreator supaya dapat terkenal kemudian membuka jasa endorse. Kelihatannya memang mudah, namun untuk menjadi konten kreator seseorang harus memiliki tingkat kreatifitas yang tinggi sehingga para penonton akan menikmati konten yang kita buat. Ketika kita tidak memikirkan secara matang mengenai konten yang akan kita bagikan di media sosial, itu bisa menjadi boomerang bagi kita sendiri.

Semakin banyak orang yang ingin cepat terkenal dan viral mereka akan melakukan berbagai macam cara untuk mendapat pengikut yang banyak.  Ketika seseorang memanfaatkan kesempatan ini dengan positif maka ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat sebuah konten yang menarik serta memiliki manfaat untuk semua orang yang menonton kontennya entah itu sebuah hiburan, membagikan tips-tips, menyebarkan ilmu, dsb. Namun, ketika seseorang menggunakan media sosial ini untuk sesuatu yang negatif seperti menyebar kebencian, informasi palsu, pornografi, dll. Maka itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang yang mengonsumsi konten tersebut.

Dwiyanto menuturkan berdasarkan laporan terbaru Digital Civility Index (DCI) yang mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia di dunia maya, netizen Indonesia menempati urutan terbawah se-Asia Tenggara. Terkait hal tersebut, Dwiyanto memaparkan tiga faktor utama yang menjadi penyebab netizen Indonesia dianggap paling tidak sopan di dunia maya, yakni informasi hoax, penipuan, ujaran kebencian, serta diskriminasi. Konten-konten negatif tersebut dapat menimbulkan rasa kebencian, permusuhan, dan ancaman kekerasan untuk menakut-nakuti pengguna internet lainnya

Seperti yang kita ketahui bahwa media sosial bisa diakses oleh semua orang maka hal ini akan memungkinkan remaja yang masih dalam masa perkembangan untuk mengonsumsi konten yang negatif sehingga bisa menjadi pengaruh buruk bagi perkembangannya. Seseorang yang ingin viral atau terkenal secara instan biasanya akan membuat konten yang diluar norma sosial maupun budaya. Hal ini dikarenakan perubahan sosial yang terjadi membuat sebagian masyarakat beranggapan bahwa hal-hal viral yang cenderung bersifat negatif itu terkesan keren dan berani. Karena saat ini orang-orang yang viral karena hal negatif akan dengan mudah mendapatkan banyak penonton dan pengikut yang tentu saja hal ini akan menjadi kesempatannya untuk menghasilkan uang dari media sosialnya berupa endorsement. Tak hanya itu, terkadang stasiun televisi juga akan mengundang orang tersebut kedalam program televisi nya walaupun konten yang dibuat oleh bintang tamu tersebut negatif. Hal ini bisa membuat para warganet berusaha untuk menjadi viral dengan cara yang negatif karena mencontoh dari apa yang mereka lihat di media sosial kemudian mengambil manfaat dari hal tersebut.

Menanggapi fenomena tersebut menurut saya hal-hal seperti ini bisa terjadi karena minimnya edukasi mengenai cara bijak dalam bersosial media dan juga gaya hidup yang tinggi namun tidak sesuai dengan keadaan ekonominya atau bisa juga hanya sebatas ingin mendapat perhatian publik sehingga bisa terkenal dan mendapat keuntungan. Sebenarnya tidak ada larangan tertulis dalam mengekspresikan hal yang ingin kita tunjukkan harus seperti apa dan bagaimana. Namun, alangkah baiknya kita tetap harus memikirkan dampak apa yang akan diperoleh dari konten yang kita buat apakah hal itu akan menjadi hal yang positif atau malah menjadi hal negatif. Ambil contoh ketika ada seseorang yang membuat konten dengan maksud ingin menebar kebencian terhadap suatu golongan tentu saja hal ini akan lebih cepat menyebar dan viral karena konten seperti ini menimbulkan banyak pertentangan sehingga netizen akan cepat dalam menanggapi nya.

Sebagai netizen seharusnya kita bisa mengerti mana yang harus ditanggapi dan mana yang tidak, ketika kita menanggapi hal seperti itu sama saja kita memberi panggung dan itu akan menjadi kesempatan orang yang membuat konten tersebut untuk mendapat lebih banyak tanggapan dan perhatian. Ketika ia sudah menjadi viral dan mendapatkan banyak pengikut di media sosialnya, sama saja kita memberi makan dia padahal hal yang ia upload ke media sosial itu hal yang negatif dan tidak mendidik. Daripada kita menanggapi hal yang negatif seperti itu, lebih baik kita memberi panggung kepada orang-orang yang menyebarkan konten positif dan bermanfaat karena mereka lebih pantas untuk menjadi terkenal dibandingkan orang yang selalu menyebarkan konten negatif. Kita juga harus lebih peduli terhadap apa yang kita konsumsi di media sosial supaya tidak mudah terpengaruh oleh konten negatif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun