Seiring berjalannya waktu, teknologi digital semakin berkembang dan memberikan dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk cara berkomunikasi dan memperoleh informasi. Namun, dibalik dampak positif berkembangnya teknologi digital, krisis kesehatan mental justru semakin mengkhawatirkan. studi longitudinal besar oleh University of California San Francisco (UCSF) yang melibatkan 12.000 anak berusia 9–10 tahun mengungkapkan bahwa peningkatan durasi penggunaan media sosial dari rata-rata 7 menit menjadi 74 menit per hari berkorelasi dengan peningkatan sebesar 35% gejala depresi dalam tiga tahun masa tindak lanjut. Hal tersebut diperburuk oleh adanya perundungan siber, tekanan sosial dan paparan konten negatif.
Dalam situasi ini, peran tenaga kesehatan masyarakat sangat diperlukan untuk menangani krisis kesehatan mental. Tenaga kesehatan masyarakat bertugas menciptakan sistem kesehatan mental melalui promosi kesehatan, penyuluhan, dan pencegahan kepada masyarakat, terutama remaja dan anak-anak.
Peran pertama tenaga kesehatan masyarakat dalam menangani krisis kesehatan mental adalah melalui penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan mental dan pentingnya menjaga kesehatan mental. Dengan adanya penyuluhan ini, masyarakat akan mengetahui pentingnya menjaga kesehatan mental dan mengenali gejala-gejala gangguan mental pada diri sendiri dan orang lain.
Peran kedua adalah mengembangkan program promosi kesehatan mental berbasis digital. Program ini meliputi webinar, podcast tentang kesehatan, poster edukasi, konten visual dan video edukasi tentang kesehatan mental. Metode ini lebih efektif karena sesuai dengan kebiasaan masyarakat yang lebih suka mengakses informasi melalui platform media digital.
Tenaga kesehatan masyarakat dapat berperan mengembangkan sistem deteksi dini dan rujukan. Pada program ini tenaga kesehatan masyarakat mengadakan skrining gejala-gejala gangguan mental secara langsung, jika ditemukan indikasi gejala gangguan mental, dapat langsung dirujuk ke tenaga profesional.
Tenaga kesehatan masyarakat memiliki tanggung jawab dalam advokasi layanan yang mendukung kesehatan mental. Mereka dapat mendorong peraturan yang melindungi masyarakat dari paparan konten negatif, serta menuntut penyedia platform media digital untuk ikut bertanggung jawab dalam menyediakan ruang yang aman untuk kesehatan mental.
Selain itu, tenaga kesehatan masyarakat dapat mengadakan kolaborasi dengan berbagai sektor, misalnya dengan sektor pendidikan, organisasi pemuda, dan instansi pemerintah dalam upaya mendukung dan menciptakan lingkungan yang baik serta aman bagi kesehatan mental. Contohnya memberikan pelatihan bagi guru dan staf sekolah untuk mengenali masalah kesehatan mental dan memberikan dukungan yang tepat. Selain itu, keterlibatan orang tua sangat diperlukan dengan mengajak kerja sama orang tua untuk mengawasi aktivitas digital dengan suportif.
Selain dengan mengadakan berbagai program tentang kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan masyarakat perlu untuk mengembangkan ilmu tentang kesehatan mental di era digital melalui pelatihan. Mereka harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi, agar segala upaya pencegahan dan penanggulangan krisis kesehatan mental di era digital ini dapat terlaksana dengan baik.
Masalah kesehatan mental merupakan masalah yang serius sehingga diperlukan respon yang cepat, sistematis dan kolaboratif. Peran tenaga kesehatan masyarakat sangat penting dalam upaya promotif, pencegahan, dan rujukan terhadap kasus gangguan mental. Melalui penyuluhan dan edukasi tentang kesehatan mental, program promosi kesehatan digital, pengembangan sistem deteksi dan rujukan, advokasi layanan yang mendukung kesehatan mental, dan kolaboratif dari berbagai sektor, tenaga kesehatan dapat menciptakan pendukung yang kuat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan masalah krisis kesehatan mental di era digital ini. Dukungan dan partisipasi seluruh pihak sangat dibutuhkan dalam mewujudkan masa depan.
KATA KUNCI: Digital, Kesehatan, Mental
DAFTAR PUSTAKA